Iklan Layanan Masyarakat

Pembelajaran Sedekah Dari Warung Sedekah Kota Temanggung

Jumat, 14 Feb 2020 13:29:38 1900

Keterangan Gambar :


Temanggung-Mediacenter. Jum'at Siang (14/2/2020) warung sedekah yang berada di Kawasan Jalan Jenderal Soedirman Temanggung ramai dikunjungi orang. Kebanyakan yang datang untuk makan adalah para pelajar SMP dan SMA. Ada pula masyarakat umum, seperti para pedagang dan juru parkir.
Menu waktu itu ada lauk sayur daun pepaya, ikan asin dan teh panas. Untuk semua menu itu, para pengunjung cukup merogoh kocek Rp 2.000 saja. Uang pembayaran dimasukan ke dalam kotak kaca besar di dekat meja lauk pauk. Ada pula yang memberikan sejumlah uang lebih dari Rp 2000 usai makan. Jumlah uang tersebut dimaksudkan sebagai sedekah.
Agung (17 Th), salah seorang pelajar SMA di Temanggung mengaku sangat terbantu dengan keberadaan Warung Sedekah. Ia yang tinggal di Kecamatan Tretep, berjarak sekitar 20 kilometer dari tempatnya sekolah di pusat Kota Temanggung bisa makan siang terlebih dahulu sebelum pulang, karenanya ia tidak merasa lapar di perjalanan.
"Harganya pun murah Rp 2000 saja per porsi, sehingga terjangkau uang saku anak sekolah seperti kami,"katanya.
Sariyah (50 Th), juru masak di Warung Sedekah, mengatakan, warung buka pukul 11.00-14.00 WIB dengan rata-rata per hari ia memasak 5-7 Kg beras. Dalam kondisi ramai bisa sampai 12 Kg beras yang ia masak. Untuk keperluan belanja beras, sayur dan lauk pauk Warung Sedekah bisa mencapai Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per hari. Semua belanja itu dibiayai pemilik warung bernama Nina Agustianti (55 Th) warga Temanggung.
"Lauknya selalu bagus, ada tiga macam. Biasanya ada sayur, kadang lauknya ayam, ikan,"kata Sariyah.
Nina Agustianti, pemilik Warung Sedekah mengatakan, kebiasaan sedekah sudah dimulainya sejak masih muda. Hal itu ia pelajari dari keluarganya yang gemar berbagi dengan orang lain. Namun keinginannya bersedekah makin kuat lantaran diawal menjalankan bisnis rumah makan sekitar tahun 2002 ia kerap menemui batu sandungan yang sulit diatasi.
"Saya yakin jika orang bersedekah, maka akan memudahkan semuanya, dan Tuhan akan membantu orang yang berusaha,"kata Nina.
Sebelum berubah menjadi Warung Sedekah pada Bulan Mei tahun 2018, sejak 2002 tempat itu adalah rumah makan pertama yang dirintis Nina di Temanggung dan diberi nama 'Pawonku'. Sekitar tahun 2007 Nina mendirikan resto Omah Kebon di tanah milik keluarganya, berjarak sekitar 1,5 km dari Warung Sedekah.
Selama menjalankan usaha, Nina rutin memotong zakat dari penghasilannya sebesar 2,5 persen.
"Tiap Jumat saya bikin nasi bungkus untuk semua orang yang membutuhkan, seperti tukang becak, tukang sampah, petugas SPBU sebanyak 100 bungkus. Tiap Rabu bikin 50-75 bungkus orang-orang yang nunggu kemo terapi di rumah sakit,"kata Nina.

Suatu ketika, Nina sampai pada titik yaitu tidak ada lagi hartanya yang bisa disedekahkan lantaran ia mengalami kesulitan ekonomi. Karena itu ia menyumbangkan salah satu benda paling berharga miliknya. Dari kejadian itu, ia mengalami  keajaiban, orderan ke rumah makannya tidak pernah sepi. Karena itu, pada Mei 2018 ia memutuskan merubah rumah makan Pawonku menjadi Warung Sedekah, lalu ia hanya fokus pada usaha Omah Kebon.
"Idenya saya dapat waktu melihat seorang keturunan tionghoa memberikan nasi bungkus untuk sedekah dengan harga Rp 3000 per bungkus. Padahal ia beli dengan harga Rp 10.000 per bungkus,"kata Nina.
Bagi para pembeli di Warung Sedekah, Nina mensyaratkan untuk dimakan di tempat dengan dilayani oleh lima orang pekerja. Jika setelah pukul 14.00 WIB makanan di Warung Sedekah masih sisa, maka akan dibagikan ke panti asuhan. Adapun hasil dari warung tersebut digunakan untuk operasional warung.
Nina juga membagi info perihal Warung Sedekah di media sosial, sehingga banyak yang tertarik menjadi donatur. Saat ini ada donatur yang rutin dan tidak rutin bersedekah.
Keberadaan warung itu juga menjadi pembelajaran bersedekah bagi orang lain. Terkadang ada suplier sayur memberikan sayur di warung itu dengan maksud untuk bersedekah. Ada pula penjual kerupuk yang tergerak memberikan 200 kerupuk per hari ke warung itu. Lainnya ada penjual mie dan penjual ikan yang rutin menyumbang.
"Ini seperti pembelajaran bersedekah, karena sekarang banyak yang ikut sedekah. Ada juga yang sedekah tenaga, yakni jika makan disitu, lalu membantu mengupas bawang dan mencuci piring,"pungkas Nina. (MC TMG/Penulis:Tosiani/Editor:Ekape)

Pencarian:

Komentar:

Top