Iklan Layanan Masyarakat

Minimnya Akses Internet Jadi Kendala Pembelajaran Daring di Daerah Terpencil

Jumat, 14 Agu 2020 10:19:02 58213

Keterangan Gambar :


Temanggung, MediaCenter – Dunia pendidikan mengalami perubahan sejak adanya pandemi Covid-19. Pembelajaran tatap muka antara guru dan murid diganti dengan pembelajaran secara daring. Implementasi pembelajaran  jarak jauh  antara  guru dan siswa dengan memanfaatkan jaringan internet terkadang memunculkan masalah tersendiri bagi tenaga pengajar dan peserta didik yang tinggal di wilayah dengan keterbatasan jaringan internet.

Ismiyati (55) Kepala Sekolah Dasar Negeri 1 Tuksongo yang berlokasi di Dusun Dawunan, Desa Nglorog, Kecamatan Pringasurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah mengungkapkan, lokasi tempat ia mengajar terpencil dan jauh dari jalan raya, lokasi sekolah berjarak sekitar 10 Kilometer dari Kecamatan Pringsurat dengan akses jalan melewati perbukitan. Jaringan internet yang minim menjadi kendala untuk melaksanakan KBM secara daring.

“Belum ada jaringan internet yang memadai, kalau mau melaksanakan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) secara daring kami masih mengalami kesulitan,” ungkapnya saat ditemui Tim Media Center, Kamis (13/08/2020).

Ismiyati mengungkapkan, saat ini ia beserta 7 orang tenaga pendidik lainya memanfaatkan jaringan internet dari sekolah lain yang jaraknya kurang lebih 1 Kilometer dari sekolah tempat mereka mengajar. 

“Saat ini masih nebeng (ikut menggunakan) internet di SD lain, yang berjarak kurang lebih 1 Kilometer dari sekolah kami. Di tempat kami hanya ada salah satu jaringan provider saja yang terkadang bisa digunakan untuk akses internet, tapi kalau terkendala cuaca sinyalnya sering hilang,” jelasnya.

Ia menjelaskan, saat ini ada 54 siswa di sekolahnya. Semenjak adanya pandemi Covid-19, KBM dilakukan dengan mengumpulkan beberapa siswa di beberapa titik lokasi dengan jumlah tiap kelompok 5 sampai 10 siswa dengan jadwal pembelajaran 2 kali dalam 1 minggu. Hal ini dilakukan sesuai arahan dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Temanggung yang menerapkan pembatasan maksimal 18 orang per kelompok.

“Kita datangi tiap kelompok untuk  memberikan penjelasan kepada siswa. Sementara kami tidak memberikan tugas terlalu banyak kepada siswa karena terkadang wali murid ada yang mengeluh saat diberi tugas terlalu banyak,” ungkapnya.
 
Sebelum adanya pandemi Covid-19, akses internet dibutuhkan untuk mengirim data seperti DAPODIK yang dilakukan secara online, akan tetapi semenjak adanya pandemi akses internet semakin dibutuhkan untuk bisa melaksanakan pembelajaran secara daring.

Ismiyati menambahkan, saat ini sekolahnya sedang mengajukan permohonan pemasangan jaringan internet ke Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Kabupaten Temanggung

“Sebelumnya kami mengakses internet dengan menggunakan kuota namun dengan keadaan dana BOS yang minim karena jumlah siswa kita yang sedikit kami berisiatif untuk mengajukan pemesangan internet di ke Dinkominfo, ” pungkasnya. (MC TMG/Safi;Ekape).

Pencarian:

Komentar:

Top