Iklan Layanan Masyarakat

Berburu Pakaian Owol untuk Berlebaran

Minggu, 09 Mei 2021 10:33:55 2073

Keterangan Gambar : Warga memilih baju di salah satu toko penjualan baju bekas di Temanggung. Pakaian bekas ini menjadi salah satu alternatif belanja baju hemat dikala pandemi.


Temanggung, MediaCenter - Sejumlah orang asyik menjajal baju-baju bermerk di salah satu toko penjualan pakaian bekas di Jalan Suwandi Suwardi Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (9/5/2021). Berbagai merk pakaian import dipajang di sana, antara lain Asics, Adidas, dan Nike. Semua barang itu merupakan pakaian bekas.

Di daerah Temanggung, pakaian bekas ini dikenal dengan sebutan 'Owol'. Ada sejumlah lokasi tempat menjual pakaian bekas di sana dan hampir semuanya populer dikalangan masyarakat. Pakaian bekas belakangan menjadi alternatif untuk berlebaran sekaligus menghemat pengeluaran saat pandemi Covid-19.

Salah satu pusat penjualan pakaian bekas yang ramai dikunjungi pembeli ada di Jalan Suwandi Suwardi Temanggung. Lokasinya berjarak sekitar 100 meter dari Sungai Progo. Tiap sore hingga malam selalu banyak konsumen yang memburu pakaian bekas di tempat ini. 

Arfinanto (34) salah seorang warga Kowangan, Temanggung, mengatakan, hanya dengan Rp 100 ribu ia bisa mendapat dua buah pakaian bermerk terkenal original, meskipun itu merupakan barang bekas. Jika harus membeli pakaian baru di toko lain, maka uang Rp 100 ribu yang dibawanya itu dirasa tidak cukup.

"Ini original dan merk terkenal. Kalau barunya pasti mahal. Merk yang tidak terlalu terkenal pun harganya bisa mahal kalau baru, tidak cukup Rp 100 ribu. Ini bisa menghemat pengeluaran di masa pandemi," ujarnya.

Membeli pakaian owol, katanya, harus jeli dalam memilih, sehingga bisa mendapatkan pakaian yang kualitas dan kondisinya masih bagus. Yang jadi kendala seringkali ukuran pakaian yang lebih besar, karena dibuat berdasarkan ukuran orang luar negeri.

"Sebelum dipakai biasanya pakaian owol ini disterilkam dulu dengan direndam menggunakan antiseptik dan dicuci bersih," katanya.

Arfinanto yang kesehariannya merupakan ASN di salah satu instansi pemerintah mengaku tidak malu, maupun gengsi membeli dan memakai pakaian bekas. Jika ada rekan atau tetangganya yang bertanya, maka ia dengan sengaja akan mempromosikan salah satu toko pakaian bekas favoritnya.

Slamet (50), salah seorang pengelola toko penjualan pakaian bekas, mengatakan, tiap menjelang lebaran biasanya ia mengantongi hasil penjualan antara Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per hari. Namun saat menjelang lebaran Tahun 2020 lalu tokonya terpaksa tutup guna menghindari penularan Covid-19. Harga jual pakaian bekas berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 100 ribu per potong.

"Ini baru mulai buka lagi, mudah-mudahan mulai ramai lagi," ujar Slamet. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)

Pencarian:

Komentar:

Top