Warga Lereng Sumbing Gelar Nyadran Punggahan Sebelum Ramadhan
Ket [Foto]: Warga Lereng Sumbing Gelar Nyadran Punggahan Sebelum Ramadhan

Warga Lereng Sumbing Gelar Nyadran Punggahan Sebelum Ramadhan

Temanggung, MediaCenter- Masyarakat Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah menggelar nyadran punggahan, menyambut Ramadhan. Nyadran dilakukan di sejumlah dusun, antara lain di Dukuh Seman, dan Jekaton. 

Dalam ritual nyadran ini, masyarakat mengusung tenong berisi ingkung ayam dan berbagai uba rampe, baik yang disunggi, maupun dipikul dari rumah masing-masing menuju makam. Di pasarean atau makam mereka memanjatakan doa untuk para leluhur. 

Di Makam Ki Ageng Makukuhan yang terletak di permukiman paling tinggi di lereng Sumbing, warga berdoa khusyuk di area Makam Klamat membaca tahlil. Hal serupa juga dilakukan warga di Makam Jekaton.

"Ini adalah nyadran terakhir sebelum Ramadhan, sebelumnya ada nyadran kali, dan nyadran makom. Kalau yang sekarang di makam Klamat ini kita mendoakan tokoh-tokoh yang dimakamkan di sini. Ada Ki Ageng Makukuhan, Mbah Kiai Poleng, Mbah Kiai Kejul, Nyi Rantamsari, Nyi Tanjungsari, Sunan Brojonolo, Sunan Geseng dan lain-lain," kata Kasi Pemerintahan Desa Wonosari, Bambang Irawan (53), Rabu (22/3/2023). 

Sosok Ki Ageng Makukuhan adalah salah satu tokoh terkemuka murid Sunan Kalijaga di tlatah Kedu yang dahulu melakukan syiar Agama Islam. Ki Ageng Makukuhan sendiri adalah seorang tokoh beretnis Tiong Hoa dengan nama asli Ma Ku Kwan. 

Sosok ini dahulunya adalah santri di Masjid The Lieng Sieng, Pondok Pesantren di Desa Glagah Wangi pimpinan Sunan Kudus yang merupakan satu dari Wali Songo yang melakukan syiar Islam di Tanah Jawa. 

Dalam perjalanan hidupnya, suatu ketika Ki Ageng Makukuhan bertemu dengan Sunan Kalijogo, di Bagelen Purworejo. Dari pertemuan inilah Ki Ageng Makukuhan mendapat petunjuk untuk melakukan syiar Agama Islam dan mengajarkan bercocok tanam di tlatah Kedu. 

Melalui Ki Ageng Makukuhan ini pula masyarakat Sumbing konon mendapatkan ilmu membudidayakan tembakau. Tanaman tembakau di lereng Sumbing dikenal memiliki kualitas terbaik dunia, terutama untuk jenis Srintil. Selain melakukan syiar agama, bercocok tanam, Ki Ageng juga dikenal sebagai tabib, dan memiliki keahlian dalam seni budaya. 

Sosoknya hingga saat ini sangat dihormati masyarakat di wilayah eks Karesidenan Kedu dan masyarakat Kendal, terutama wilayah Sukorejo. Maka nyadran punggahan salah satunya digelar untuk menghormari mendiang Ki Ageng Makukuhan bersama para pengikutnya. (MC.TMG/ary;ekp)

Warga Lereng Sumbing Gelar Nyadran Punggahan Sebelum Ramadhan
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook