Perajin Batu Bata Merah Masih Bertahan di Tengah Gempuran  Bata Ringan
Ket [Foto]:

Perajin Batu Bata Merah Masih Bertahan di Tengah Gempuran Bata Ringan

Temanggung, Media Center – Pengusaha perajin batu bata merah dari Desa Tangkah Kecamatan Selopampang masih bertahan meskipun saat ini sudah banyak yang mulai menggunakan batu bata putih

Ditemui disela-sela kesibukannya (31/3) Arifin 35 Th, menyampaikan pembuatan batu bata merah yang tergolong memakan waktu yang cukup lama tetap digeluti oleh sebagian penduduk Desa Tangkah Kecamatan Selopampang Kabupaten Temanggung. Dapat dihitung rata-rata untuk pembuatan batu bata sejumlah 30.000-40.000 buah membutuhkan waktu minimal 2 bulan baru siap bakar. Proses pembakarannya sendiri kurang lebih memakan waktu 2 hari 2 malam tergantung jenis tanah yang digunakan dan tergantung cuaca saat pembakaran dimulai.

Dari tanah yang dikontraknya, Arifin berencana membuat batu bata merah sebanyak 200.000 buah. Dengan bantuan 5 orang, tanah yang luasnya kurang lebih 1.012 m2 ini dijadikan lahan pembuatan batu bata merah oleh Arifin. Tanah tersebut sudah dikontraknya dari 1,5 tahun yang lalu dan sudah menghasilkan puluhan ribu batu bata merah. “Dengan tanah yang tersisa mungkin masih bisa memproduksi batu bata lagi selama 2 tahun ke depan”, imbuhnya.

Kendala yang dihadapinya berupa kegagalan saat pembakaran, bahkan pernah mengalami kegagalan dari 40.000 buah batu bata yang dibakar, hanya terdapat 15.000 buah yang bisa dijual. Kendala seperti itu akan memakan biaya untuk pembelian kayu bakar sebanyak 2 kali. Faktor cuaca dan jenis tanah yang digunakan juga mempengaruhi produksi batu bata merah. Untuk tanah yang tergolong baik, akan membutuhkan lebih lama dalam proses pembakaran dibandingkan dengan tanah yang mengandung sampah seperti pasir yang bercampur saat hujan turun.

“Saya juga pernah tertipu dengan pembeli yang pesan batu bata saya. Sudah jauh-jauh mengantar ke tujuan, tapi yang pesan tidak ada di tempat itu. Itu kerugian yang cukup banyak”, tambah Arifin sambil melemparkan senyum ke pekerja lainnya.

Dengan 5 orang yang membantunya, minimal Arifin menghasilkan 4.000 buah batu bata merah, penjualannya pun sampai ke luar kota. Pembeli batu batanya paling jauh dari Yogyakarta. Dengan pengalamannya selama 4 tahun ini, Arifin mempunyai keinginan untuk punya pabrik sendiri, sehingga tidak perlu berpindah-pindah mencari tanah yang mau dikontraknya. Tapi untuk saat ini, yang terpenting adalah kebutuhan untuk sekolah anak-anak dan kebutuhan untuk keseharian keluarganya tercukupi. (MC TMG/Penulis, foto :Cahya Editor:Ekape)

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook