Keterangan Gambar : Ketersediaan Cabai pada Idul Adha Dipastikan Aman
Temanggung, Media Center - Ketersediaan cabai dipastikan Kementerian Pertanian pada lebaran Idul Adha 1443/2022 mendatang dapat memenuhi permintaan masyarakat.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengatakan pada prinsipnya cabai cukup untuk menghadapi lebaran haji, walaupun mungkin harganya agak tinggi.
"Artinya ini menjadi sebuah pembelajaran pada semua pihak, khususnya petani cabai untuk pandai-pandai memilih varietas kalau musim hujan tinggi seperti sekarang ini," kata Prihasto Setyanto, Minggu (26/6/2022).
Prihasto mengemukakan itu ditemui usai panen cabai di Lereng Gunung Sindoro di Dusun Kataan, Desa Kataan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung. Kepala Dinas Tanaman Pangan Pertanian dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Temanggung Joko Budi Nuryanto menyambut kedatangan Dirjen.
Prihasto mengatakan, situasi anomali harus disikapi dengan memilih varietas yang ditanam, seperti yang cocok ditanam di saat curah hujan tinggi.
"Petani harus memilih yang mana yang cocok, sehingga tidak terjadi kegagalan panen," katanya.
Ditegaskan, tidak ada impor cabai segar, sebab bisa merusak harga cabai di masyarakat. Apalagi hampir 80 persen lebih masyarakat Indonesia mengkonsumsi cabai segar. Indonesia belum terbiasa mengkonsumsi cabai kering.
Menurunnya harga cabai ini terkadang tinggi sekali lalu rendah sekali. Sehingga memang harus ada proses-proses pembelajaran, petani tidak hanya menanam namun juga bisa mengolah cabai untuk menjadi produk turunan lainnya yang tentunya bermanfaat untuk menjaga ekonomi petani cabai itu sendiri.
Dikemukakan ketersediaan aneka cabai pada Juni hingga Juli masih surplus untuk memenuhi kebutuhan nasional, meski ada peralihan lahan ke padi yang berdampak penurunan produksi.
Pada Juni, diperkirakan ada penurunan produksi akibat perubahan iklim untuk cabai besar sebanyak 15 persen dan cabai rawit sejumlah 30 persen.
"Diperkirakan produksi bulan Juli - Agustus berdasarkan data rerata 6 (enam) tahun terakhir pada Juli ada penurunan produksi cabai besar sebesar 10 persen dan cabai rawit sebesar 20 persen," jelasnya.
Berdasarkan angka total produksi cabai besar nasional pada Juni sebesar 78.040 ton, kebutuhan cabai besar bulan Juni diperkirakan 76.317 ton, atau neraca cabai besar surplus 1.723 ton. Adapun produksi cabai rawit sebesar 73.562 ton, kebutuhan cabai rawit diperkirakan 72.159 ton, sehingga neraca cabai rawit surplus sebesar 1.403 ton.
Sedangkan pada Juli, produksi cabai besar sebesar 99.949 ton dan cabai rawit sebesar 209.673 ton. Kebutuhan cabai besar bulan Juli diperkirakan 97.731 ton atau cabai besar surplus 2.218 ton.
"Kebutuhan cabai rawit diperkirakan 87.308 ton, sehingga neraca cabai rawit surplus sebesar 22.365 ton," katanya.
Disampaikan, pada Agustus produksi diperkirakan sebesar 98.561 ton dan cabai rawit sebesar 120.536 ton. Kebutuhan cabai besar bulan Agustus diperkirakan 78.861 ton, sehingga neraca cabai besar surplus 19.701 ton.
"Kebutuhan cabai rawit diperkirakan 74.564 ton, sehingga neraca cabai rawit surplus sebesar 45.972 ton," katanya.
Ia mengatakan, tim Ditjen Hortikultura telah melakukan langkah-langkah prefentif untuk menjaga sentra panen terus berproduksi melalui fasilitasi dan penyaluran sarana produksi, percepatan tanam untuk kawasan cabai seluas 3.350 ha di akhir Semester I dan fasilitasi benih seluas 1.000 ha dan terus disalurkan.
"Gerakan pengendalian OPT juga dilakukan," pungkasnya. (MC.TMG/aiz;ekp)