Ket [Foto]:
Hari Batik, Disabililitas Intelektual Temanggung Gelar \"Nyiprat\" Bersama
Temanggung, MediaCenter – Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabililitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini Temanggung turut memperingati Hari Batik Nasional, dengan acara membatik bersama pada Senin, (1/10).
Dalam kesempatan tersebut turut hadir Wakil Bupati Temanggung, Heri Ibnu Wibowo yang ikut berpartisipasi membatik dengan cara menciprat bersama penerima manfaat BBRSPDI Kartini Temanggung.
Dalam wawancara dengan Wakil Bupati Temanggung, pihaknya sangat kagum dan mengapresiasi segala upaya yang dikerjakan oleh para penerima manfaat yang dapat membuat karya yang semua limited edition dan tentunya dapat bermanfaat bagi masyarakat.
“Diharapkan agar para penyandang disabilitas intelektual dapat meningkatkan kreatifitasnya dengan menggunakan limbah pabrik yang ada dan di sekitar Temanggung, seperti kayu, daun atau tangkai batang kopi, bahkan juga dapat memanfaatkan batang atau bunga tembakau yang memang berlimpah disekitar kita,” pungkas Wakil Bupati mengakhiri wawancaranya.
Selaku Kepala BBRSPDI Temanggung, Murhardjani mengatakan, sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial yang fungsinya sebagai Center of Excellent untuk layanan Program Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas (Progres PD), maka membatik dipilih sebagai salah satu keterampilan bagi penyandang disabililitas intelektual.
"Kami ingin mengangkat budaya batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi yang ditetapkan UNESCO," kata Murhardjani.
Dia mengatakan, pengakuan UNESCO terhadap batik membawa implikasi besar bagi perkembangan batik di Indonesia. Menurutnya, hal itulah yang memicu pihaknya mengembangkan keterampilan batik bagi penyandang disabilitas intelektual di BBRSPDI Kartini Temanggung. “Artinya kami telah ikut melestarikan warisan adiluhung ini,” tuturnya dalam wawancara.
Jenis keterampilan membatik yang dipilih BBRSPDI adalah batik ciprat, hal ini disesuaikan dengan potensi dan kemampuan para penyandang disabilitas intelektual. Penamaan batik ciprat itu karena salah satu prosesnya dilakukan dengan cara mencipratkan cairan malam atau lilin ke lembar kain yang sudah dibentangkan.
Batik ini memiliki corak dan bentuk yang unik serta permainan warna yang menonjol. "Ini yang istimewa, para penyandang disabilitas mampu membuat karya batik ciprat yang indah,” lanjutnya.
Membatik bersama akan diadakan di Instalasi Produksi BBRSPDI, kegiatan yang melibatkan pegawai dan penerima manfaat ini merupakan bagian dari upaya peningkatan kapabilitas sosial penyandang disabililitas intelektual dengan mengenalkan batik ciprat kepada masyarakat dan sekaligus menjadi testimoni bahwa disabililitas intelektual juga bisa berdaya dan mandiri.
Dalam kemeriahan membatik bersama disabililitas itu salah satu penyandang disabililitas intelektual Aditya Dwi Saputra (25 tahun) membuat batik bermotif pulau Sulawesi. Adit membatik di atas kain putih berjenis katun sepanjang 210 cm dengan lebar 60 sentimeter.
Adit tidak sekadar menuangkan malam dengan bentuk pulau Sulawesi. Dia juga punya niat untuk melelang batik buatannya itu yang nantinya ingin disumbangkan kepada korban bencana gempa bumi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Adit yang malu disapa awak media mengatakan butuh waktu dua hari untuk bisa menyelesaikan batik tersebut hingga proses akhir.
Sejumlah penerima manfaat BBRSPDI lainnya membaur bersama masyarakat dan juga pejabat Pemda. Mereka tampak asyik mencipratkan malam dan menyapukan warna-warni cerah pewarna batik berjenis brilian remasol di atas kain putih sepanjang 30 meter. (MC TMG/Penulis, Foto: Agung Editor: Ekape )
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook