Ket [Foto]: Upaya Mengembalikan Lagi Kejayaan Kelengkeng Pringsurat Temanggung
Upaya Mengembalikan Lagi Kejayaan Kelengkeng Pringsurat Temanggung
Temanggung, MediaCenter - Kelengkeng pernah menjadi primadona unggulan Kabupaten Temanggung dari Kecamatan Pringsurat, terutama di era tahun 1970-an hingga 1980-an. Buah berbentuk bulat dengan rasa manis segar ini menjadi andalan produk perkebunan, bahkan sudah menjadi ikon, bahwa Pringsurat itu adalah kelengkeng dan kelengkeng adalah Pringsurat. Namun, seiring berjalan kebesaran kelengkeng Pringsurat seolah tenggelam, lantaran banyak muncul varian baru kelengkeng dan adanya serbuan kelengkeng impor.
Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir ini, warga Pringsurat kembali bersemangat untuk mengembalikan kejayaan potensi kelengkeng Pringsurat seperti era 70-an 80-an. Para petani di wilayah timur Kabupaten Temanggung ini, tengah berjuang keras untuk menanam kelengkeng sesuai perkembangan zaman, seperti kelengkeng new kristal yang memiliki produktivitas tinggi dan dari segi rasa enak, manis, segar, dagingnya tebal.
Yuwono (52) petani kelengkeng dari Dusun Krajan, Desa Klepu, Kecamatan Pringsurat mengatakan, kelengkeng varian new kristal bisa ditanam pada ketinggian di bawah 50 mdpl sampai 860 mdpl dan tumbuh dengan baik. Menurutnya, untuk mengembalikan kejayaan kelengkeng Pringsurat harus dilakukan bersama antara pemerintah dengan petani, misalnya dimulai dari mendatangkan tenaga ahli, menyediakan dana guna membantu masyarakat.
"Pringsurat dulu terkenal dengan kelengkengnya, tapi sekarang hampir punah, karena kelengkeng seperti ini (lokal jenis batu), sudah tidak masuk, makanya kita kenalkan dengan kelengkeng seperti new kristal. Kelebihannya berbuah lebih cepat. Saya nanam kelengkeng batu 25 tahun baru berbuah, sedangkan new kristal umur 3 tahun sudah berbuah, kedua buahnya lebih banyak, satu pucuk bisa 1 kilogram," ujarnya ditemui di kebunnya, Kamis (4/7/2024).
Analisa usaha Yuwono, pada pertumbuhan pertama bisa 10 sampai 15 kilogram per pohon, lalu dipembuahan kedua bisa menghasilkan 30-40 kilogram buah kelengkeng per pohon, di pembuahan ke tiga bisa sampai 60 kilogram per pohon, dan pada pembuahan keempat bisa mencapai 75 kilogram per pohon. Hasil itu jika dikalikan harga Rp 30 ribu per kilogram di petani dan pasar rata-rata Rp 40 ribu dan super Rp 50 ribu segi hasil sudah bisa diketahui. Pada lahan satu hektare bisa ditanam 250 batang pohon, dan kelebihan kelengkeng new kristal bisa dibuahkan kapanpun dengan cara dibooster. Selain itu, sama dengan pohon buah lain perlu pemupukan dari pupuk organik pupuk kandang, kemudian pupuk kimia sebagai pendukung.
"Kalau satu bulan membuahkan 10 pohon, nanti setelah pembuahan ketiga, misalnya hasilnya 60 kilogram per pohon dikalikan Rp 30 ribu sudah sekitar Rp 1,8 juta, kalikan lagi 10 sama dengan Rp 18 juta. Dua tahun ke depan kurangi 20% untuk kembali lagi ke kebun. Soal pemasaran saya tidak khawatir, karena punya teman perkelengkengan dari Sabang sampai Merauke dan tahu luasan lahan kelengkeng di setiap daerah, mau buat pengalengan atau ekspor sekalipun sebenarnya bisa," terangnya.
Dari segi perawatan, terang Yuwono, pohon kelengkeng tergolong tidak sulit, hanya perlu melakukan toping, batang pokok dipotong, misal tinggi 1 meter menjadi 25 sentimeter, kemudian akan tumbuh cabang dan yang bagus dipelihara, katakanlah ada empat cabang mengarah ke utara, selatan, barat, timur. Setelah itu dipangkas batas cabang akan terubus kembali per cabang menjadi tiga bagian dan akan tumbuh pertama buah klengkengnya. Yuwono pun punya rumus pangkas bentuk kelengkeng dari satu, tiga, sembilan, dua tujuh, tujuh satu dan seterusnya. Maka, semakin banyak cabang akan semakin banyak buahnya. Dicontohkan, jika diawal ada 10 cabang berarti dipembuahan pertama sudah ada 30 pucuk dan seterusnya.
Suranto dari Kelompok Tani Sumber Rejeki Desa Ngipik, Kecamatan Pringsurat menuturkan, dari hitungan BEP, petani saat ini bisa menangguk keuntungan minimal, jika kelengkeng per kilogram laku Rp 35 ribu, lalu di pasaran bisa dijual antara Rp 42-Rp 45 ribu per kilogram. Namun demikian, soal harga menyesuaikan dengan grade dari kelengkeng itu sendiri. Untuk kelengkeng kristal rata-rata berat per buahnya bisa mencapai 8 gram, sehingga 1 kilogram bisa terdapat 95-105 butir dan sampai usia 15 tahun klengkeng kristal masih produktif.
"Klengkeng Pringsurat itu sudah mulai menurun di tahun 90-an, petani punya pohon sendiri tapi merugi dibiaya, brongsong bambu dibeli Rp1.000 per brongsong dikalikan berapa ratus berapa ribu per pohon, kemudian biaya tenaga Rp100-Rp150 ribu per hari. Kita mulai bangkit lagi tahun 2018 akhir lalu di tahun 2019 sampai 2022 itu teman-teman di Balai Penyuluhan mendampingi petani mulai bergerak ada bantuan dari APBN. Sampai sekarang di Pringsurat sudah ada 13.600 pohon tertanam, dari unsur Gapoktan 50-an kelompok, maupun petani mandiri, tersebar di 14 desa dengan desa optimalnya 12 desa, anggota Gapoktan bisa ada 200 an. Kira-kira kita butuh waktu 5-10 tahun untuk mengembalikan kejayaan kelengkeng Pringsurat dan menjadi potensi ekonomi masa depan," katanya.
Disebutkan, dari APBN pada tahun 2021 di Desa Soborejo mendapat bantuan 1.000 batang pohon, lalu Ngipik 2.000 batang, Nglorog 2.000 batang, Rejosari 2.000 batang, Kupen 2.000 batang. Bantuan terus bertambah di tahun 2024 ini rencana adalagi bantuan pohon di Pagergunung. Para petani kelengkeng kini berpikir komprehensif mulai pengadaan bibit, panen, hingga pemasarannya. Kemunduran budidaya klengkeng menjadi pengalaman berharga, sehingga petani belajar dari membanjirnya kelengkeng impor atau kelengkeng Bangkok dari Thailand, karena produksi klengkeng Pringsurat hampir tidak ada. Pada tahun 2019 banyak petani memotong pohon klengkeng yang tidak produktif lalu kayunya dijual untuk mebel dan arang.
"Kita butuh support dari Pemerintah Daerah, dengan mencanangkan secara mandiri di Kecamatan Pringsurat untuk upaya mengembalikan kejayaan kelengkeng Pringsurat bisa panen di luar musim, lalu ada bantuan permodalan entah itu dalam bentuk sarana prasarana atau mungkin peningkatan SDM petani melalui pelatihan. Perlu edukasi pemasaran mencarikan offtakernya, kita garap dulu pasar lokal. Kita sudah menjajal ketika kelengkeng lokal ada kelengkeng Bangkok tersingkir. Penjualan sampai Ambarawa, Magelang, lalu Surabaya kalau luar negeri belum, yang grade A, B bisa konsumsi kalau grade C mungkin bisa dibuat minuman atau pengalengan," terangnya.
Pj. Bupati Hary Agung Prabowo mengatakan, memang kelengkeng banyak ditanam di Kecamatan Pringsurat, yang merupakan sentra pengembangan buah ini dan sebenarnya memiliki potensi ekonomi yang baik. Karena kelengkeng menjadi salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Temanggung. Rasanya manis segar, dan banyak manfaatnya untuk kesehatan. Kelengkeng mengandung vitamin C, serat, dan antioksidan. Mengonsumsi kelengkeng bisa membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menjaga kesehatan kulit, dan memberikan energi, serta nutrisi.
"Menurut saya potensi pengembangan kelengkeng di Temanggung bagus, dan salah satu sentranya di Pringsurat ini yang sejak dulu sudah terkenal sebagai penghasil kelengkeng. Jadi banyak manfaatnya, selain penghijauan, menanam buah kelengkeng juga memiliki daya hasil ekonomi. Ke depan dengan munculnya banyak varietas kelengkeng baru tentu Temanggung harus melakukan penyesuaian, agar bisa bersaing. Harus ada peremajaan pohon dan digalakkan lagi di masyarakat untuk menanam kelengkeng. Apalagi dengan kemajuan teknologi pertanian buah kelengkeng ini bisa dipanen diluar musim," katanya.(ary;ekp)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook