Warga Temanggung Gowes Nusantara dari Sabang hingga Merauke
Ket [Foto]: Subiyanto, memegang Piagam Penghargaan.

Warga Temanggung Gowes Nusantara dari Sabang hingga Merauke

Temanggung, MediaCenter - Setelah menempuh perjalanan selama 18 bulan lebih, dengan menggunakan sepeda, akhirnya Rabu (23/2/2022) siang, Subiyanto kembali pulang ke rumah adiknya di Lingkungan Mardisari, Kelurahan Kertosari, Kecamatan Temanggung. 

Kembalinya Subiyanto, dari gowes berkeliling Nusantara disambut isak tangis haru  keluarganya.

Subiyanto yang kini berumur 57 tahun,  pada 13 Agustus 2020 yang lalu memulai petualangannya  gowes keliling Nusantara dari Sabang, Provinsi Aceh hingga Merauke, Provinsi Papua.

Kala itu, Subiyanto hanya berbekal sepeda tua, uang Rp. 125.000 dan pakaian seadanya. Tanpa GPS dan hanya mengandalkan peta Atlas, Subiyanto memulai perjalanannya dari Pulau Jawa,  Sumatera,  Kalimantan, Sulawesi, hingga berakhir di Pulau Papua.

Memulai rute perjalanannya dari Kota Tembakau menuju Jakarta, kemudian menyeberang ke Pulau Sumatera untuk menuju ujung barat Indonesia. Beberapa kota yang dilaluinya saat menginjakkan kaki di Bhumi Melayu, antara lain Lampung, Bengkulu, Padang, Banda Aceh. Dari sini, perjalanan, ia lanjutkan dengan menaiki kapal ferry menuju Ibukota Sabang yang berada di Pulau We. 

Selepas dari Titik Nol Kilometer Indonesia, ia melanjutkan ke destinasi selanjutnya, yakni menuju Jawa, kemudian naik fery ke Pulau Kalimantan. 

“Naik kapal ferry menuju Banjarmasin, Kalimantan Selatan “  katanya. 

Beberapa kota yang ia singgahi saat di Negeri Borneo, antara lain Palangkaraya, Pontianak, Balikpapan, Samarinda, dan Tanjung Selor. 

Subiyanto terus mengayuh sepedanya hingga sampai di Sulawesi, dari mulai Tarakan, Toli-toli, Manado, Gorontalo, Palu, Mamuju, Makasar, Toraja, Poso, Luwuk, Kendari dan Baubau, Pulau Buton.

Kemudian kembali menyeberang menggunakan kapal Pelni menuju Ambon, Ternate, Tidore, dan Halmahera. 

“Di Ternate, saya sempat mau putus asa, karena sepeda yang saya naiki rusak, namun saya ditawari sepeda oleh komunitas sepeda di sana, disuruh coba dan ternyata lebih enak dan akhirnya bisa melanjutkan perjalanan ke Papua,” kenangnya. 

Sepeda terus ia kayuh, hingga tiba di Bumi Cendrawasih. Beberapa kota yang ia singgahi antara lain Sorong, Manokwari, Jayapura dan dipungkasi di Merauke yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini.

“Selama perjalanan, saya hanya mengandalkan peta di buku atlas,” terangnya. 

Ia bercerita, selama 18 bulan berpetualang,  untuk keperluan sehari-hari, seperti makan dan tidur,   Subiyanto hanya mengandalkan bantuan dari warga yang dilalui. 

“Saya banyak ditawari makan, tidur, bahkan tidur di hotel oleh warga dan komunitas sepeda, beberapa kali juga gowes bareng pejabat di daerah situ,” ungkapnya. 

Motivasi gowesnya keliling Nusantara didasari keinginan untuk membuktikan keindahan alam Nusantara yang didengar dari cerita selama ini.

“Ternyata benar alam Indonesia memang indah, salah satu favorit tempatnya  Flores, di NTT,” katanya. 

Tidak hanya indah alamnya, namun warga Indonesia ramah dan baik, selama perjalanan dirinya banyak di tolong orang, dan nyaris tanpa gangguan dari pihak manapun. 

“Jika ada berita, bahwa banyak tempat yang tidak aman di Indonesia, itu hanya segelintir, buktinya saya melihat sendiri Indonesia itu indah dan aman," ungkapnya. 

Setelah berhasil  gowes keliling Nusantara, Subiyanto mengaku punya obsesi atau keinginan untuk gowes keliling Pulau Papua, suatu hari nanti. 
Sementara itu, pihak keluarga yang diwakili keponakannya, Emi Khosiyamah, mengatakan, semula pihak kelurga tidak mengijinkan pamannya punya niat berkeliling Nusantara dengan sepeda, karena sangat berbahaya, namun karena tekadnya yang kuat keluarga akhirnya mengijinkan. 

"Dari muda, om saya memang sudah suka berpetualang , sebelum gowes keliling Nusantara, om saya sudah berkeliling Pulau Jawa,” pungkasnya. (MC.TMG/dn;ekp)

Subiyanto, memegang Piagam Penghargaan.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook