Ket [Foto]: Kelorist Ida Sejati.
Atasi Stunting dengan Nutrisi Daun Kelor
Temanggung, MediaCenter-Stunting atau kondisi gagal pertumbuhan tubuh dan otak pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu lama ternyata bisa dipulihkan dengan nutrisi dari daun kelor. Selain mengandung nutrisi tinggi, daun kelor juga murah dan cenderung mudah didapat, karena merupakan tanaman asli dari Indonesia.
Hal itu mengemuka dalam paparan salah seorang Kelorist, Ida Sejati (45) di Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (6/6/2021).
"Stunting kalau tidak cepat diatasi bisa bahaya, karena ketika dewasa rawan terkena penyakit kronis dan autoimun," ujar Ida.
Pada kondisi stunting, anak tumbuh lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Umumnya stunting disebabkan asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Karena itu stunting kerap identik dengan kondisi kemiskinan masyarakat.
Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%). Tahun 2015 Indonesia tertinggi ke-2 di bawah Laos untuk jumlah anak stunting. Indonesia merupakan negara nomor empat dengan angka stunting tertinggi di dunia. Lebih kurang sebanyak 9 juta atau 37 persen Balita Indonesia mengalami stunting (kerdil).
"Padahal tidak perlu biaya mahal untuk mendapatkan kecukupan gizi. Sebab, daun kelor yang banyak tumbuh di lingkungan kita mengandung nutrisi yang tinggi, sehingga bisa mengatasi stunting. Bahkan daun kelor ini kerap dikenal sebagai super food," jelas Ida.
Kelor memiliki nama latin Moringa Oleifera. Ini merupakan tanaman dari suku Moringaceace. Kelor memiliki batang bisa sampai 7-11 meter, bentuk daun bulat telur berukuran kecil yang bersusun majemuk, bertangkai panjang tersusun berseling, beranak daun gasal, helai daun saat muda berwarna hijau muda. Bunganya berwarna putih kekuningan beraroma harum, pelepahnya berwarna hijau. Sedang buahnya berbentuk segitiga memanjang. Kelor bias ditanam dengan cara stek dan biji.
Dari sejarahnya, tanaman kelor sudah dimanfaatkan oleh manusia sejak 5000 tahun lalu. Dalam Kitab Ayurweda dijelaskan kelor bermanfaat untuk mengatasi 300 penyakit, dari sakit kepala hingga sakit gila. Dijaman Mesir kuno, minyak kelor dikenal sebagai rahasia kecantikan Cleopatra.
Setelah nutrisi kelor diteliti sekitar tahun 1990an, di Afrika kelor mulai digunakan untuk mengatasi kelaparan. Atas dasar itu gizi kelor yang tinggi diyakini bisa mengatasi stunting. Daun kelor setara tiga kali potasium pisang. Jika dalam bentuk serbuk kandungan potasium kelor setara 15 kali potasium pisang. Satu mangkuk daun kelor setara dengan empat kali kalsium susu sebanyak 200 mililiter. Dalam bentuk serbuk kalsium kelor setara 17 kali kalsium susu.
"Harus ada perubahan dalam perilaku makan. Yakni makan bukan memenuhi standar kenyang , tapi kecukupan nutrisi. Kelor hanya sebagai tambahan nutrisi makanan. Minimal konsumsi satu mangkuk per hari bisa mencukupi kebutuhan gizi, asalkan dimasak dengan benar, tidak di atas api, hanya dimasukan dalam air mendidih, tanpa pemanasan api agar nutrisi tidak bilang," terang Ida.
Ditambahkan Ida, protein kelor daun segar setara dua kali protein yogurt. Kalau kelor kering setara sembilan kali protein yogurt. Vitamin A pada daun segar kelor empat kali wortel, dan 10 kali wortel pada kelor kering. Kelor bisa didapat dengan mudah dan murah. Dicontohkan perbandingannya, susu 400 gram seharga Rp 48 ribu. Namun daun kelor yang lebih tinggi nilai gizinya bisa didapat dengan harga kurang dari Rp 5 ribu per satu kilogram.
"Mengatasi stunting tidak harus dengan biaya mahal. Bayi bisa dapat gizi kelor dari air susu ibu mengonsumsi kelor. Kelor juga mencegah anemia karena zat besinya tinggi," kata Ida.
Ia menyarankan tiap rumah minimal menanam 10 pohon kelor di pekarangan, sehingga bisa tiap hari mengonsumsi kelor. Bisa juga ditanam di pot dengan stek. Tanaman ini bisa tumbuh dalam satu bulan. (MC.TMG/ts;ekp)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook