Dirjen Bimas Buddha RI Ajak Umat Buddha Hargai Perbedaan
Ket [Foto]: Dokumentasi MNSBDI/Agus K.

Dirjen Bimas Buddha RI Ajak Umat Buddha Hargai Perbedaan

Temanggung, MediaCenter - Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Buddha, Kementerian Agama RI, Caliadi mengajak Umat Buddha melalui momentum Perayaan Waisak 2575 Budhist Era (BE) / 2021 ini bersikap lebih moderat dengan menghargai perbedaan dan keanekaragaman. Hal ini sebagai strategi untuk mewujudkan Indonesia Maju.

Caliadi dalam keterangan persnya menyampaikan, Indonesia adalah bangsa yang besar, yang memiliki berbagai macam kekayaan alam, adat istiadat, budaya, dan agama. Kekayaan yang beraneka 
ragam menjadi potensi yang sangat mendukung untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara yang maju. Agar seluruh potensi yang dimiliki dapat dikelola dengan baik diperlukan adanya sikap, perilaku dan cara pandang yang baik dan moderat sebagai sebuah strategi. 

"Menjadi kewajiban bagi kita semua, termasuk umat Buddha Indonesia sebagai bagian dari warga negara Indonesia untuk turut serta dalam mewujudkan Indonesia Maju," ungkap Caliadi, Rabu (26/5/2021). 

Caliadi menekankan pentingnya untuk menyadari bahwa keanekaragaman dan perbedaan yang ada merupakan anugerah yang patut disyukuri dan dikelola sebagai kekuatan, sehingga dapat memahami dengan baik mana yang substantial dan mana yang bukan. Dengan cara demikian akan dapat dibangun persaudaraan dan persahabatan di antara yang berbeda. Ia menambahkan, memaknai arti pentingnya sikap, perilaku dan cara pandang yang lebih moderat, maka Umat Buddha Indonesia dalam menyambut Hari Tri Suci Waisak 2565 Tahun Buddhis/ Tahun Masehi 2021 yang masih dalam situasi pandemi Covid-19 tentu harus melaksanakan dengan cara yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. 

Umat Buddha Indonesia menyadari bahwa penderitaan yang diakibatkan oleh Virus Korona merupakan kesunyataan yang harus disikapi dan dihadapi secara benar atas dasar Hukum Kesunyataan. Karenanya semangat dan spirit untuk melenyapkan penderitaan harus muncul dalam dirinya dan juga bersama-sama masyarakat lainnya. 

"Melalui momentum Hari Tri Suci Waisak ini, kita tumbuhkan komitmen bersama untuk menghilangkan sekat-sekat perbedaan dengan meneguhkan moderasi beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Moderasi beragama merupakan bagian tak terpisahkan dari jati diri bangsa yang sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. Kita sangat bersyukur bahwa kita mewarisi Bhinneka Tunggal lka, yang mengandung arti walaupun kita berbeda suku, ras, agama, budaya, pandangan hidup tetapi kita tetap bersatu, rukun dan damai," katanya. 

Dijelaskan, dalam meneguhkan moderasi beragama, tentunya sikap saling memahami menjadi bagian penting di dalamnya. Sikap itu harus dimiliki untuk dapat memandang perbedaan pada seluruh elemen dalam kerangka persatuan dan kesatuan. Sikap-sikap serta praktik-praktik keagamaan yang eksklusif dan tertutup harus dihindari, karena dapat memicu adanya penolakan-penolakan atau menimbulkan pertentangan-pertentangan.
 
Demikian pula dalam kehidupan berorganisasi, setiap organisasi keagamaan harus menjunjung tinggi sikap toleran kepada sesama, menghormati perbedaan, hingga memberi ruang bagi orang lain untuk berkeyakinan. Dengan sikap tersebut, masyarakat dapat mengekspresikan keyakinan mereka secara bertanggung jawab dan saling menghargai perbedaan yang tidak menjadi penghalang untuk tetap bekerja sama. 

Setiap organisasi keagamaan, lanjut Caliadi, harus berprinsip anti kekerasan dan menolak tindakan yang menggunakan cara-cara kekerasan, baik fisik maupun verbal dalam aktivitasnya. Organisasi keagamaan harus menghargai tradisi dan budaya lokal masyarakat Indonesia yang ramah dan terbuka. Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2565 Tahun Buddhis/Tahun Masehi 2021 mengusung tema "Bangkit Bersatu untuk Indonesia Maju". (MC.TMG/ts;ekp)

Dokumentasi MNSBDI/Agus K.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook