Ket [Foto]: Salah satu petani di Desa Canggal Kecamatan Candiroto merawat tanaman Asparagus miliknya, Senin (1/3/2021).
Asparagus, Komoditas yang Menjanjikan Bagi Petani
Temanggung,MediaCenter - Tanaman Asparagus perlahan mulai menjadi primadona petani Temanggung. Selain produksinya yang menjanjikan dengan harga jual yang cukup tinggi, Asparagus bisa bertahan hidup di wilayah dingin hingga 10 tahun.
Beberapa petani sayuran di Temanggung termasuk petani tembakau kini mulai beralih pada tanaman Asparagus. Sebagian dari mereka sudah merasakan hasil panen Asparagus dengan harga yang cukup menjanjikan di kantong.
Dalam sebuah kesempatan, tim media center mengulik kesan-kesan para petani Temanggung yang bertransformasi dengan menanam Asparagus.
Dina Listiana (30) petani di Desa Canggal Kecamatan Candiroto menuturkan, menjadi satu diantara petani muda, ia mulai memberanikan diri untuk menanam Asparagus pada pertengahan 2020 lalu.
Dari awalnya 5.000 pohon, kini Dina sudah memiliki 9.000 pohon Asaparagus di lahan milik pribadi. Separo jumlah pohon di antaranya sudah menghasilkan produksi hingga 5-7 kilogram Asparagus setiap harinya. Praktis Dina sudah bisa panen Asparagus setiap hari dengan catatan tetap memberikan nutrisi dan merawat tanaman dengan maksimal.
"Unggulnya tanaman ini dari segi panen. Bisa panen setiap hari sampai beberapa tahun. Dari 9.000 tanaman yang saya tanam, baru 5.000 pohon yang produksi 5-7 kilogram perharinya," terangnya di Temanggung, Senin (1/3/2021).
Menurut Dina, dalam merawat tanaman Asparagus tidak membutuhkan perawatan yang sulit. Bahkan tidak ada perawatan khusus yang dilakukannya agar tanaman bisa tumbuh maksimal.
Dina hanya memakai pupuk NPK secara rutin untuk membantu pertumbuhan tanaman. Sesekali ia memberikan tambahan nutrisi dengan kotoran dan air kencing kelinci yang mengandung unsur N, P, dan K untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman.
"Tak ada kesulitan dalam perawatannya. Hanya perlu pupuk organik, kalau ada ditambah kotoran kelinci," ujarnya.
Kata Dina, selain perawatan yang mudah, keuntungan lainnya adalah harga jual yang cukup tinggi. Satu kilogram Asparagus grid AB (bagus) dari petani dijual dengan harga Rp 30.000. Sedangkan grid C, dibandrol dengan harga Rp 20.000 per kilogram.
Ia berharap, seiring tumbuhnya permintaan pasar dapat menaikkan perekonomian petani Asparagus hingga nilai jual yang lebih tinggi. Dengan itu, petani akan lebih maksimal dalam melakukan perawatan tanaman agar menghasilkan produksi kualitas super.
"Semoga nilai jual dari petani bisa di atas angka Rp 30 ribu per kilogramnya. Jadi petani tambah semangat meski dalam suasana cuaca ekstrem," ucapnya.
Petani lain, Titik (55) mengatakan, sebelumnya ia tidak mengenal tanaman Asparagus. Titik seringnya menanam sayuran seperti lombok, unclang, kubis, tomat dan beberapa jenis sayuran lainnya.
Melalui beberapa penuturan rekan-rekan petaninya, Titik tertarik untuk mencoba menanam Asparagus di atas lahan 1/4 hektare miliknya.
"Ini ada 3.000 pohon yang saya tanam, sebagian sudah bisa panen dengan umur tanaman 4 bulan. Sebagian lain belum ada trubusnya (tunas), sehingga belum bisa panen," terangnya.
Kata Titik, diumur tanaman 4 bulan, ia sudah bisa panen 2-5 kilogram Asparagus all grid setiap hari. Kini, ia sibuk memutari tanaman demi tanaman untuk melakukan pemanenan dari ujung ke ujung.
Beberapa perawatan yang ia lakukan dengan memberikan pupuk organik, membersihkan hama tanaman disekitarnya dan menjaga kadar air tanah agar tanaman tidak busuk dan mudah terserang hama penyakit.
Bahkan, beberapa lahannya ia tumpangi dengan tanaman sayuran lain seperti kubis, tomat, dan cabai.
"Setiap hari ya keliling kerjaannya. Merawat dan panen. Sekiranya ada yang bisa dipanen, ya dipanen. Cuma dilihat-lihat, pertumbuhan tunas baru melambat dengan cuaca ekstrem, apalagi sering hujan malam," imbuhnya.
Sebagai petani Asparagus baru, Titik mengaku akan berupaya penuh merawat tanaman agar bisa hidup lama dan menghasilkan produksi yang melimpah dalam beberapa tahun ke depan.
Ketua Asosiasi Petani Asparagus Temanggung (APAT), Basori Supriyanto menjelaskan, cuaca ekstrem berupa hujan terus menerus nampaknya menghambat laju pertumbuhan tunas baru. Sehingga, produksi Asparagus Temanggung turun hingga 50 persen.
Soal harga dan permintaan pasar, Basori memastikan tak ada yang berubah baik dalam suasana musim hujan maupun terdampak pandemi Covid-19. Bahkan, asosiasinya cukup kewalahan memenuhi target permintaan dari beberapa kota besar hingga negara lain.
"Cuaca ekstrem ini kan hujan terus, alhamdulillah tidak terjadi busuk batang. Tetapi, produksinya turun. Yang tadinya sehari bisa panen 2 kilogram, sekarang paling 1 kilogram," tuturnya.
Meski begitu, katanya, Asparagus Temanggung kini mulai dilirik beberapa negara lain, seperti Singapura, Taiwan, Prancis dan beberapa negara di daratan Asia.
Beberapa kota besar seperti Bandung, Bogor, Jakarta, Yogyakarta, Solo, Semarang hingga Surabaya sudah rutin meminta stok Asparagus. Pihaknya bisa mengirimkan 30-40 kilogram Asparagus grid AB dalam sekali antar. Beberapa suplayer bahkan meminta jatah pengiriman 2-3 kali dalam sepekan.
"Melihat selama ini yang sudah kita tanam, produksinya hampir sesuai harapan ketika perawatan maksimal. Contoh tanaman 3000 pohon, baru 4 bulan perawatan di tanah lapang sudah bisa menghasilkan 3-5 kilo all grid," katanya.
Menurut Basori, kelebihan bertanam sayuran di Temanggung bisa menghasilkan produksi maksimal meski di tanah lapang. Tak terkecuali tanaman Asparagus.
Katanya, panen awal Asparagus kualitas bagus sedianya dilakukan pada umur tanaman 7-8 bulan. Hanya saja, beberapa petani bahkan sudah bisa panen pada usia tanaman 4 bulan.
Hal itu bisa saja terjadi saat tanaman ditanam di atas lahan yang cocok dengan perawatan maksimal. Sehingga tunas baru Asparagus cepat tumbuh dan bisa dipanen segera mungkin.
"Yang kita tahu, memanen tunas ini bagian dari perawatan. Jadi, meski tunas pertama kebanyakan masuk kategori grid C, namun harus dipanen. Di pasaran pun sudah laku keras," ucapnya.
Di kota-kota besar Indonesia, katanya, Asparagus kini banyak diminta para pengelola kafe dan restoran. Asparagus all grid banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan kelas tinggi karena mengandung banyak nutrisi.
Peminatnya pun tak hanya datang dari kalangan masyarakat Jawa bagian barat, namun kini sudah mulai merambah di kalangan masyarakat Jawa bagian tengah dan juga timur.
"Potensi Asparagus jika diseriusi sangat tinggi. Apalagi dengan memaksimalkan perawatan disebuah greenhouse, bisa menurunkan resiko hama tanaman dan mengantisipasi cuaca ekstrem," tuturnya.
Menurut Basori, baru sekitar 6 hektare dari 15 hektare lahan di Temanggung yang sudah bisa dioptimalkan untuk tanaman Asparagus. Dari lahan yang ada, bisa menghasilkan 60-100 kilogram Asparagus setiap harinya.
Sebagian besar dipasarkan di Indonesia, sebagian lain mulai dipasarkan di manca negara dengan harga jual dari asosiasi mencapai Rp 55.000 - Rp 60.000 ribu per kilogramnya.
Kedepan, ia berharap bisa mengembangkan budidaya Asparagus dengan model tanaman greenhouse untuk meningkatkan produksi. Sehingga, target pasar ekspor bisa segera terealisasikan untuk menunjang perekonomian petani Temanggung.
"Kalau kita ambil rata-rata, per tanaman bisa menghasilkan 1 kilogram dalam setahun. Per seribu tanaman bisa menghasilkan 1 ton per tahun, atau 3-4 kilogram per hari. Tanaman ini juga bisa hidup di pekarangan rumah, dan bisa bertahan hingga 10 tahun atau lebih. Untuk grid C sudah ada pangsa pasar kita bawa ke Kopeng," ujarnya.
Anggi Sulistiyo, Operations dan Quality PT. Bloom Agro Jakarta mengatakan, Asparagus dari Temanggung laku keras di Singapura. Dengan tekstur yang kenyal dan krispi, Asparagus Temanggung tidak kalah dengan Asparagus dari Australia.
Ia berharap, produksi Asparagus dari para petani Temanggung bisa terus ditingkatkan untuk memenuhi dan menumbuhkan permintaan pasar yang ada.
"Kirim ke Singapura bisa 50-100 kilogram setiap antar. Satu pekannya bisa sampai dua kali kirim. Hanya saja, ini masih terkendala logistik," terangnya. (MC TMG/Sam;Ekape)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook