Bisnis Boba Berjaya dimasa Pandemi Covid-19
Ket [Foto]: Minuman boba.

Bisnis Boba Berjaya dimasa Pandemi Covid-19

Temanggung, MediaCenter - Pandemi Covid-19 meruntuhkan hampir semua lini kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Namun tidak demikian dengan bisnis penjualan minuman thai tea dengan toping boba. Bisnis ini malah makin berjaya dimasa pandemi. Boba memiliki bentuk bulat kecil dengan rasa menyerupai jelly dan umum dijadikan toping minuman dingin.

Salah satu pengusaha boba yang menangguk keuntungan besar dimasa pandemic ini adalah Boliktron Harlismoyo Adi (26 th). Berangkat dari jualan di kaki lima, pria yang akrab disapa Bolik ini berhasil membuka kafe dalam kurun waktu kurang dari setahun dari menjual minuman boba.

Warga Kecamatan/Kabupaten Temanggung ini memulai berjualan pada Januari 2019 lalu. Sebelumnya ia sempat tinggal di Yogyakarta bekerja sebagai driver transportasi daring sekitar Tahun 2018. Karena sepi orderan dan merasa kalah, karena muncul kompetitor lain, ia memutuskan pulang ke kampung halamannya di Temanggung.

Di daerah asalnya, ia malah melihat peluang bisnis baru dari berjualan boba. Peluang itu ia tangkap saat sedang berjalan-jalan lalu melihat kedai thai tea di daerah Banyu Urip. Tiap hari selalu antri penjualan online. Bolik merasa penasaran, karena itu cuma small bisnis dengan ruko ukuran 2x3 meter, tapi antrean pembeli panjang.

"Saya merasa ini perlu dicoba. Penasaran saya beli thai tea. Saya coba eksperimen membuat yang serupa, karena basicnya pernah jadi barista part time waktu kuliah di Yogyakarta," tutur Bolik, Sabtu (13/2/2021), di Temanggung.

Lulusan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta angkatan Tahun 2014 pun mencoba peruntungan dengan menjual thai tea. Disisi lain, ia memang didesak kebutuhan, karena punya hutang di bank untuk angsuran kendaraan. Ia melakukan tiga kali eksperimen, dan teman temannya yang mencicipi.

"Eksperimen yang terakhir layak jual dan teman saya bilang enak. Lalu saya pesan gerobak, beli alat dan bahan, nyari lapak kosong di pinggir jalan. Total modalnya sekitar Rp 5 juta," katanya.

Bolik memilih nama 'Serupa' untuk merk thai tea dengan toping boba yang ia jual. Pertimbangannya karena meski bentuknya mirip, namun rasanya tidak mirip dengan yang pernah ia beli. Jadi namanya Serupa (tapi tak sama).

Serupa pertama buka diawal puasa ramadhan sekitar Bulan April Tahun 2019 di daerah Pandean, di tepi jalan menggunakan gerobak kecil ukuran 2x1 meter. Ketika itu penjualannya langsung laku keras, semua terjual habis, sold out sebanyak 80an cup. Padahal pada hari pertama jualan ia belum yakin bakal ramai. Tapi malah sampai dikerumuni pembeli, karena kebetulan bulan puasa dan banyak orang mencari takjil.

"Di Temanggung juga belum ramai thai tea, saya penjual kedua. Setelah hari pertama itu saya senang dan tumbuh semangat, sehingga selalu ready stok. Hari kedua saya jual 150 cup, sold out juga," katanya.

Selama bulan puasa Tahun 2019 itu penjualannya amat bagus, rata-rata 150 cup per hari terjual habis empat menu thai tea, yakni original, green tea, thai coffee, thai coklat. Harga jual waktu itu Rp 7.000 per cup.

Setelah lebaran bisnisnya sempat mengalami sepi penjualan. Dalam sehari maksimal hanya terjual 10 cup. Faktornya penyebabnya Bolik mengaku tidak tahu. Kemungkinan karena banyak pesaing.

"Ketika itu saya punya satu pegawai, saya sambil jadi driver transportasi daring juga, karena peluang bisnis lebih besar dan hasilnya banyak," katanya.

Bisnis yang dirintis pria lajang asal Lingkungan Maron ini dihadapkan pada masalah sepi orderan, pegawai gonta-ganti, dan ada pula pegawainya yang kabur membawa uang hasil penjualan. Bolik juga pernah kecolongan alat dan tabung gas lantaran gerobaknya ditinggal tak jauh dari tepi jalan.

"Lalu saya putuskan jualan sendiri, saya tangani sendiri. Penjualan naik pesat lagi. Kemudian saya tambah kembangkan menu total jadi sembilan menu. Antara lain red velvet boba, matcha boba, matcha susu, matcha coklat," ujar Bolik.

Putera salah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di Temanggung ini berinisiatif menjual produk minumannya secara daring. Ketika itu penjualan naik pesat hingga 200 persen, atau tiga kali lipat dari angka penjualan sebelum ia tangani sendiri. Omzet penjualannya di atas Rp 1 juta per hari.

Bolik kemudian terpikir mengembangkan, menambah menu makanan dengan mengajak rekannya menual makanan di gerobak thai teanya. Dipilihlah makanan Thailand, Mentai rest, dengan harga jual Rp 17 ribu hingga Rp 25 ribu per porsi. Respon pasar ternyata sangat bagus.

Ada tiga jenis makanan yang dijual, semua menu dipelajari secara autodidak. Dipilih Jual makanan Thailand, karena sedang hits di Jakarta dan disukai anak muda. Penjualan makanan hanya bertahan satu minggu dipinggir jalan, karena dirasa kurang fresh untuk membuat makanan pada gerobak kecil.

Dari semua keuntungan penjualan, Bolik berhasil menyewa ruko di Pandean Square berukuran 2,5x2,5 meter dengan harga sewa Rp 1 juta per bulan. Bisnisnya berlanjut di tempat itu mulai Bulan Januari 2020. Di lokasi itu ia hanya bertahan tujuh bulan. Penjualan daring amat bagus. Omzet mencapai Rp 2 juta per hari.

Bolik lalu pindah ke ruko di seberang Kantor BNI Temanggung dengan ukuran 6x20 meter pada Bulan September Tahun 2020. Harga sewanya cukup fantastis yakni Rp 40 juta. Dengan tambahan modal usaha Rp 15 juta ia merombak tempat itu dan menambah inventaris. Bagian atas ia jadikan tempat tinggal.

Kini sudah ada pengembangan menu makanan menjadi 25 jenis, dan menu minuman 69 jenis, termasuk kopi. Semua menu merupakan kreasinya sendiri, dan ia pelajari secara autodidak. Best sellernya adalah brown sugar boba, cheese redvelvet dan mentai (nasi, rumput laut, ayam, saos mentai). Ia menggunakan bahan utama boba, freshmilk dan brown sugar untuk minumannya.

"Biasanya sekali eksperimen makanan atau minuman langsung jadi. Saya cicipi sendiri. Kalau saya suka, kemungkinan pembeli akan suka," ujar Bolik.

Harga minuman ia patok dikisaran Rp 9 ribu sampai Rp 23 ribu per gelas. Makanan dijual Rp 15 ribu sampai Rp 40 ribu per porsi. Omzetnya naik 100 persen lagi menjadi Rp 3,5 juta per hari. Di masa pandemi ini kebanyakan pembeli order online. Ia juga menambah jumlah pegawai menjadi lima orang, mereka dibagi dua shift, karena kafenya buka pukul 08.30 WIB sampai pukul 03.00 WIB.

"Setelah jam 24 saya tangani sendiri," katanya.

Bagi Bolik, merintis bisnis harus diiringi dengan selalu merasa lapar supaya ada keinginan bisa makan. Jadi akan terus berusaha mendapatkan uang dan bertanggung jawab pada diri sendiri, serta tidak merepotkan orang lain. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)

Minuman boba.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook