Pengrajin Tahu Keluhkan Kenaikan Harga Kedelai
Ket [Foto]: Ilustrasi hasil olahan tahu.

Pengrajin Tahu Keluhkan Kenaikan Harga Kedelai

Temanggung, MediaCenter - Kenaikan harga kedelai import yang terus menerus semenjak pandemi Covid-19 hingga sekarang dikeluhkan para pengrajin tahu di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Ditengah kondisi pasar yang sepi terimbas pandemi, para pengrajin tahu bingung mencari solusi terkait kenaikan harga kedelai agar bisa terus berproduksi, tetapi tidak terlalu merugi.

Viki (28) pengelola usaha pembuatan tahu di Kawasan Brojolan, Kecamatan/Kabupaten Temanggung menceritakan, pada awal pandemi Covid-19 sekitar Bulan Maret harga kedelai sempat naik dari semula Rp 7.600 per kilogram (kg) menjadi Rp 8.500 per kg. Memasuki Bulan September, kedelai import sempat stabil di kisaran harga Rp 8.000 hingga Rp 8.300 per kg.

"Sekarang tiba-tiba naik lagi dan kenaikan ya luar biasa, sampai hampir Rp 9.000 per kg. Padahal sebelum pandemi kalaupun ada kenaikan harga kedelai, semahal-mahalnya tidak sampai harga Rp 8.000 per kg," keluh Viki, Rabu (23/12), di Temanggung.

Viki menduga kenaikan harga kedelai lantaran pasokan dari luar negeri tersendat lantaran pandemi global Covid-19. Kondisi kenaikan harga ini membuatnya bingung. Saat ini kondisi pasar amat lesu, daya beli masyarakat juga turun. Viki berpikir jika menaikan harga tahu, itu bukanlah keputusan yang tepat.

"Itu yang kami bingung. Harga naik dengan kondisi pasar yang amblek," ujar Viki.

Sementara jika ia mengambil langkah mengurangi takaran kedelai, maka secara otomatis akan berpengaruh pada kualitas tahu yang dihasilkan. Atas kondisi ini, Viki kawatir konsumennya akan berpaling ke produsen tahu lain yang bisa menghasilkan tahu dengan harga lebih murah.

"Kalau takaran dikurangi itu nggak mungkin juga kaerna pengaruh dikualitas. Bahkan pasti ada yang pindah ke pabrik yang punya harga lebih murah," kata Viki.

Padahal kondisi yang dia alami, lanjut Viki, penjualannya sudah turun drastis semenjak berlangsung pandemi Covid-19. Kebanyakan tahunya selama ini dipasok kesejumlah rumah makan. Namun kebanyakan rumah makan pun sepi selama pandemi. Viki sendiri juga memiliki rumah makan dan kondisinya tidak jauh berbeda dengan rumah makan lain, sepi pembeli.

"Pandemi ini saya jùga bingung. Pasar sepi, rumah makan juga sepi,"ungkap Viki.

Selama ini pabrik tahu yang dikelola Viki di daerah Brojolan biasa membutuhkan sekitar dua hingga tiga kuintal kedelai import untuk memproduksi tahu. Tiap dua kuintal kedelai bisa menghasilkan 60 papan tahu putih. Harga jualnya sekarang masih Rp 120 ribu per tiga papan khusus untuk reseller. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)

Ilustrasi hasil olahan tahu.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook