Ket [Foto]:
Wadul dan Biji Makbul, Inovasi Puskesmas Bulu Tangani ODGJ
Temanggung, MediaCenter - Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) tercatat di Kabupaten Temanggung dengan jumlah 661 Penderita (33,49 %). Angka tersebut seperti yang disampaikan Kasie Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa, Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung, Hesti Puspitasari pada Tim Media Center, Senin (24/8/2020).
Jumlah ODGJ di Kecamatan Bulu yang terdeteksi 93 penderita, tetapi yang melaksanakan kontrol rutin hanya 50%-nya saja. Di Puskesmas Bulu, Kabupaten Temanggung mempunyai dua inovasi dalam menangani ODGJ yaitu, WADUL (Jiwa Didahulukan) yaitu Program inovasi UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) yang mendahulukan pelayanan ODGJ, sehingga ODGJ tidak perlu lama mengantri, jika periksa ke Puskesmas Bulu.
Setelah mengambil nomor antrian khusus dan selesai mendaftar, pasien langsung dilayani di poli khusus yang menangani gangguan jiwa. Inovasi selanjutnya, BIJI MAKBUL (Bina Jiwa Masyarakat Bulu) yang merupakan Program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan, untuk mewujudkan masyarakat Kecamatan Bulu yang sehat jiwa, produktif dan bermartabat.
Program ini kerjasama antara Puskesmas Bulu, Lintas Sektor, Tokoh Masyarakat (Toma) dan masyarakat untuk menangani gangguan jiwa. Dibuktikan apabila terdapat kasus gawat darurat jiwa, tim Puskesmas bersama Toma, kader, Linsek (Kecamatan, Polsek, Danramil), dan unsur masyarakat lainnya akan berkoordinasi melalui WhatsApp Grup tim darurat jiwa. Apabila Puskesmas tidak dapat menangani akan dilakukan rujukan ke RSJ dr. Soeroyo Magelang.
“Walaupun dimusim pandemi, kami tetap melaksanakan tugas dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan,” seperti yang disampaikan dr.Lanny Ester Yuliani yang menangani ODGJ di Puskesmas Bulu.
Keluarga pasien bisa berkoordinasi dan bekerjasama, sehingga penanganan ODGJ akan lebih optimal. Karena pemulihan ODGJ membutuhkan peran serta keluarga yang bisa mengayomi dan membantu ODGJ sebagai orang terdekat, termasuk masyarakat.
Tetapi banyak keluarga dan masyarakat yang tidak bisa menerima ODGJ, sehingga timbul stigma negatif, ada juga yang sudah acuh dan putus asa merawat anggota keluarga yang ODGJ, bahkan tidak percaya dengan tenaga kesehatan, menganggap gangguan jiwa itu “dibuat” orang dan lain lain. Kondisi seperti ini tentu menyulitkan penanganan ODGJ.
“Penanganan ODGJ tidak sekedar mengobati penderita, tetapi perlu rehabilitasi, sehingga ODGJ mudah pulih dan produktif,” tambah dr.Lanny Ester Yuliani (MC TMG/Farida;Ekape)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook