Turunnya Panen Cabai Akibat Serangan Patek
Ket [Foto]:

Turunnya Panen Cabai Akibat Serangan Patek

Temanggung-Mediacenter. Sejumlah petani di Temanggung, Jawa Tengah mengeluhkan tanaman cabainya yang terserang penyakit patek selama musim penghujan. Selain menyebabkan hasil panen kering dan rusak, kondisi ini juga menjadi salah satu faktor pemicu tingginya harga cabai. 

Slamet (45th) petani di Sroyo, Kelurahan Madureso, Temanggung mengaku menanam 1000 batang tanaman cabai rawit merah atau cabai sret. Namun lebih dari 50 persennya telah terserang penyakit patek sejak musim hujan sekitar Bulan Desember.

"Semula hanya muncul bintik-bintik coklat pada buah cabai, lama-lama makin kering, lalu membusuk,"kata Slamet, Minggu (16/2/2020).

Cabai yang sudah terserang patek, menurur Slamet, sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Sebab jika tetap digunakan untuk memasak, rasanya pasti tidak enak. Karena itu tidak ada cara lain selain membuang cabai yang sudah terkena patek tersebut.

Slamet mengaku telah mencoba berbagai jenis obat untuk mengatasi serangan patek. Antara lain obat pertanian abasel, ditan, dan trakol. Namun semua upayanya sia-sia. Patek makin menyebar pada tanaman cabai lainnya yang semula masih sehat.

"Kalau sudah terkena patek pasti tidak laku dijual,"kata Slamet.

Penyakit patek juga membuat produksi cabai turun drastis. Biasanya, setelah usia tanaman 3,5 bulan, petani sudah bisa melakukan panen. Panen dilakukan dalam 30 kali petikan tiap tiga hari sekali. Jika hasilnya bagus, tiap panen bisa mendapat 60 kilogram cabai sekali petik.

Hasil panen yang masih bisa diselamatkan dari patek, kata Slamet terjual dengan harga Rp 60 ribu per kilogram. Ia menjualnya pada seorang pengepul. Namun dipasar, harga cabai sudah mencapai Rp 85 ribu per kg. Dalam kondisi normal cabai dipasarkan dengan kisaran harga Rp 20-24 ribu per kg.

Ratno (50 th), petani lainnya mengalami hal yang sama. Sebagian besar tanaman cabainya juga terserang patek. Ia menanam 1500 batang tanaman cabai sret atau rawit merah.

"Patek memang tidak menyebabkan petani rugi, karena cabai yang masih sehat masih laku terjual dan harganya tinggi. Namun hasil yang didapat hanya pas saja,"kata Ratno. 

(MC TMG/Tosiani, Editor:Ekape)

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook