Kerajinan Enceng Gondok Tak Dapat Tergantikan
Ket [Foto]:

Kerajinan Enceng Gondok Tak Dapat Tergantikan

Temanggung, InfoPublik – Pengusaha kerajinan jarang tergusur oleh industri modern, karena pekerjaan tangan tidak bisa digantikan oleh mesin, bahkan mesin yang canggih sekalipun. Sama halnya dengan kerajinan anyaman dari bahan enceng gondok di Desa Pagerjurang Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung.

Bisnis yang digeluti dari tahun 2015 dengan awal karyawan lima orang dari warga sekitar Desa Pagerjurang Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung, Adie Teguh Candra (34) membuat anyaman dari enceng gondok. Lelaki yang juga pernah bekerja di perusahaan provider kenamaan di Indonesia ini akhirnya mengundurkan diri untuk dapat lebih focus mengembangkan usaha kerajinan enceng gondoknya.

Tanpa ragu, Bapak dengan anak satu menyerahkan produk anyaman seperti tas dan karpet buatannya kepada pedagang kerajinan di Pasar Kampung Rawa Ambahrawa dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Center Kabupaten Temanggung.

Bisnis tersebut berkembang pesat dari tahun 2015 hingga saat ini, namun pihaknya sering terkendala dengan banyaknya permintaan barang yang begitu membludak, sedangkan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang ada masih terbatas.

Hal ini berdampak dengan penjualan kerajinan enceng godoknya di Pasar Export, pihaknya belum dapat mengoptimalkan kualitas barang dengan jumlah barang yang banyak dengan keterbatasan waktu yang diberikan.

Karena untuk saat ini Adie mengaku hanya dapat memproduksi 100 pieces untuk semua item seperti, tas bulat dan tas kotak slempang, tikar, tempat tisu, sandal, frame cermin, keranjang, dan masih banyak lagi. Dengan harga berkisar dari Rp20.000,00 sampai Rp250.000,00 untuk tiap itemnya.

Senin (12/11/2018), dalam wawancara dengan Bapak satu anak tersebut, pihaknya mengaku bahwa dalam proses pembuatan kerajinan dari enceng gondoknya tergantung dari ukuran besar kecilnya barang yang dihasilkan, semakin besar barang yang dibuat akan semakin lama proses pembuatannya. “semisal satu tas bulat selempang proses pembuatannya bisa mencapai 4 (empat) hari sampai finising,”ujar Adie.

Untuk itu menurut Adie bahwa saat ini pihaknya ingin fokus untuk menjaga kualitas yang baik dan menjaga SDM yang sudah ada, serta memberikan pelatihan lebih intens kepada masyarakat agar mau bergabung ikut bekerja bersamanya. “Jika memiliki tenaga atau karyawan yang cukup tentunya dapat memenuhi permintaan jumlah di pasar export,” tegasnya.

Dan untuk saat ini Adie mengaku produk kerajinan enceng gondoknya juga mampu bersaing di pasar online dan media sosial seperti Instagram, Facebook, dan WhatsApp. Padahal pihaknya pernah mendapatkan pesanan untuk diexport ke Los Angeles, akan tetapi masih belum dapat memenuhi jumlah permintaan barang yang dipesan tersebut. Tentunya kecewa, tapi apa boleh buat, dari pada kualitas barang kurang baik, mending saya pending dulu untuk menerima pesanan tersebut,”papar Adiie.

Dengan mempertahankan kualitas barang yang dihasilkannya Adie mengaku pendapatan dari usaha kerajianan enceng gondoknya dapat menghasilkan penghasilan tiap tahunnya mencapai Rp70.000.000,00.

“Diharapkan untuk kedepannya usaha yang dirintis saya dari nol ini dapat mengexport dengan rutin, karena dulu pernah mendapat pesanan untuk mengexport akan tetapi karena keterbatasan SDM tidak dapat memenuhi perpintaan pasar export,” harapnya. (MC TMG/Penulis, Foto: Agung, Editor: EJP)

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook