Pentas Virtual Wayang Kedu Ndhudhah Mutiara Kependhem
Ket [Foto]:

Pentas Virtual Wayang Kedu Ndhudhah Mutiara Kependhem

Temanggung, MediaCenter - Selama lima bulan pandemi Covid-19, para pelaku seni benar-benar menganggur atau sepi job pertunjukan, sedangkan kegiatan masyarakat yang bergelut diluar kesenian sudah mulai kelihatan aktivitas untuk kelangsungan perekonomian keluarga.

Situasi ini membuat gelisah kalangan pekerja seni dan sejenisnya, seperti penari, penyanyi, ataupun pekerja pendukung terlaksananya setiap kegiatan seni, semisal tukang sound system, tukang tratak, panggung dan dekorasi. 

Dalam hal yang menyangkut pekerja seni, sudah tampak kerinduan untuk sekedar melakukan kegiatan pentas seni yang melibatkan banyak orang, dengan pengujung yang datang serta bertemunya para pekerja seni dalam satu pementasan sebuah acara besar maupun skala kecil, yang jarang terlihat bahkan tidak pernah terlihat kegiatan berkesenian selama masa pandemi Covid-19.

Dengan adanya larangan segala bentuk kegiatan yang mengumpulkan banyak orang, otomatis segala bentuk kegiatan seni yang bentuknya pertunjukan jelas tidak diperbolehkan. Apalagi saat ini di Kabupaten Temanggung mendekati musim panen tembakau yang biasanya akan banyak pementasan kesenian jadi tidak ada sama sekali, selain itu pada Bulan Besar (perhitungan jawa) banyak hajatan pernikahan yang hanya melaksanakan acara akad nikah saja, tanpa melibatkan para pekerja seni, hal ini semakin membuat terpuruk pelaku seni yang sering menerima tawaran manggung disetiap perhelatan pernikahan.

Kebijakan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Temanggung sudah dikeluarkan dengan batasan - batasan sesuai protokol kesehatan Covid-19, dengan adanya kebijakan Pemkab Temanggung tersebut, para pelaku seni membuat suatu gebrakan untuk mengobati kerinduan.

Salah satu gebrakan dengan melakukan pementasan seni secara online (streaming), kegiatan yang hanya melibatkan beberapa pelaku seni dianggap bisa mengobati kerinduan akan pentas secara terbuka dengan penonton yang banyak. Kegiatan ini sudah dilakukan sebanyak 3 kali, pemetasan pertama pada Tanggal 28 Juni 2020, kemudian yang kedua pada Tanggal 11 Juli 2020 dengan pementasan Jaran Kepang Idakep dengan kolaborasi  Warok dan Angguk.

Sedangkan untuk pementasan virtual yang ke-3 digelar pementasan Wayang Kedu, dengan melibatkan seniman muda Kabupaten Temanggung yang sudah lulus maupun yang masih belajar di Pendidikan Seni SMKI maupun ISI Yogyakarta. Pada kesempatan pentas tersebut Ki Gunawan Purwoko dan Ki Bagong Restu Hermawan menyuarakan kegelisahan yang sedang dialami oleh semua seniman dan pekerja seni di Temanggung.

Pentas virtual yang dimotori oleh dalang muda Ki Bagong Restu Hermawan tersebut berhasil mengkoordinir seniman muda sekolahan menjadi tim yang solid dan telah menggelar tiga kali pentas virtual yang disiarkan secara live streaming melalui kanal YouTube Awecha dan Fortypro Official, serta siaran tunda di Restu TV Seniman. 

Gelaran tersebut dilakukan di Klesem, Desa Dlimoyo, Kecamatan Ngadirejo secara mandiri dan bekerjasama dengan para pihak pendukung, termasuk dukungan dari masyarakat Klesem. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya terobosan agar ditengah situasi kesulitan menggelar pentas secara terbuka bisa disiasati dengan pentas virtual untuk menjaga proses kreatif seniman muda terus mengalir. 

Wayang Kedu yang dilaksanakan Malam Minggu (1/8/2020), dengan Dalang Ki Bagong Restu Hermawan mengambil tema "Ndhudhah Mutiara Kependhem" (Menggali Mutiara Terpendam) dengan lakon Seno Gelung/Bima Susuk, adapun yang dimaksud dengan mutiara terpendam yaitu Wayang Kedu. 

Pertunjukan diiringi oleh Karawitan Arga Wirama, yaitu perkumpulan siswa SMKI dan mahasiswa seni yang merantau belajar seni di luar kota. Menggunakan wayang dan lakon gaya Kedu,tetapi dengan iringan gaya Yogyakarta. Sedangkan perangkat Wayang Kedu yang digunakan milik dalang senior Ki Yatman yang juga hadir menjadi nara sumber bersama Ki Gunawan Purwoko.

Wayang Kedu merupakan salah satu mutiara terpendam yang dimiliki Kabupaten Temanggung,  karena keberadaannya sudah sangat tua. Bahkan perangkat wayang yang dimiliki Ki Yatman telah berumur lebih 350 tahun karena beliau merupakan ahli waris generasi yang ke-7. Pada kesempatan tersebut Ki Gunawan menyampaikan pesan yang sangat penting, yaitu jangan sampai Wayang Kedu lekang dimakan jaman dan terkubur oleh kejayaan wayang Jogja dan Solo. Untuk itu ia memberi apresiasi kepada seniman muda yang mulai tergerak untuk mendalami dan memainkan Wayang Kedu. 

Sebenarnya Ki Gunawan sedang mengajukan revitalisasi terhadap Wayang Kedu namun terkendala akibat pandemi Covid-19. Dalang muda yang membuat Tugas Akhir Karawitan Pakeliran Gaya Kedu untuk meraih gelar sarjana seni tersebut berharap mendapat dukungan dari pemerintah untuk melakukan upaya-upaya pelestarian Wayang Kedu.

Ki Bagong Restu Gunawan sendiri berharap pertunjukan virtual yang ia gagas tersebut bisa berkelanjutan dan mendapat dukungan dari pemerintah daerah maupun masyarakat. Pada pertunjukan secara virtual berikutnya ia berharap ada pihak yang menanggap atau menjadi sponsor. Pertunjukan kali ini juga digunakan untuk penggalangan dana bagi seniman terdampak pandemi serta persembahan untuk Pak Tumiji, seniman senior yang sedang sakit sejak Januari lalu.

“Saya berharap kegiatan ini mendapat dukungan, baik dari pemerintah daerah maupun dari pihak sponsor untuk keberlangsungan para pekerja seni,” pungkasnya. (MC TMG/Coeplistyo;Yus;Ekape)

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook