Ket [Foto]: Outlet "Kaji Bedug", Jalan Sugih Waras, Bejen, Temanggung.
Berburu Produk Unik di Outlet Kaji Bedug Bejen
Temanggung, MediaCenter - Berbagai produk vintage yang bisa dijadikan dekorasi untuk disimpan di rumah atau menjadi barang koleksi seperti guci, lampu hias, patung, keris, bedug, mimbar, kursi kayu, gebyok, bonsai, lukisan, almari kuno dengan model yang unik sampai cincin batu akik bisa ditemukan saat memasuki deretan outlet bernuansa bangunan jawa kuno yang berlokasi di sebelah kiri jalan dari arah Temanggung setelah melewati turunan Rujak Asem.
H. Masyhudi (64 th) atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Kaji Bedug” memulai usaha semenjak ia kuliah pada Tahun 1982, ia memulai usaha dari membuat bedug dan mimbar yang seringkali dipesan untuk masjid-masjid dari berbagai daerah, oleh sebab itu orang lebih mengenal ia dengan sebutan “Kaji Bedug”.
Semenjak paripurna dari anggota dewan pada Tahun 2009, ia mulai menggeliatkan lagi bisnisnya dengan membuka outlet di rumahnya, sekitar 2 Kilometer dari kantor Kecamatan Bejen, tepatnya di Jalan Sugih Waras, Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
“Sejak dulu waktu kuliah sudah mulai bisnis, hasilnya digunakan untuk biaya kuliah,” ungkapnya.
Ia mengatakan, beberapa barang yang ia jual, didapatkan dari berbagai daerah dari penjual barang bekas yang berasal dari Temanggung dan beberapa kabupaten sekitar. Harga barang yang dijual pun beraneka ragam, patung dari ukuran kecil sampai besar tersedia dengan berbagai model dan ukuran dengan kisaran harga 25 Ribu sampai dengan 50 Juta Rupiah, untuk lampu hias ia jual dengan harga 1 Juta sampai dengan 7 Juta Rupiah.
Saat ditemui tim MediaCenter Senin (9/11/2020), ia menceritakan berbagai produknya seringkali dipesan pembeli dari berbagai daerah, bahkan sampai luar Jawa. Tetapi semenjak pandemi Covid-19, omset penjualanya mengalami penurunan drastis. Dari sebelumnya penjualan ramai, sekarang rata-rata barang yang ia jual laku dua hari sekali bahkan terkadang satu minggu sekali.
“Peminat dari berbagai kalangan, dari kalangan menengah keatas sampai kalangan pelajar dan mahasiswa, kebanyakan anak sekolah membeli untuk cinderamata saat perpisahan,” ungkapnya.
H. Masyhudi yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Desa pada Tahun 1989 sampai dengan 1999 menceritakan, saat ini ia mempekerjakan 4 orang karyawan untuk memenuhi pesanan yang datang seperti cincin akik, meja kursi dan bedug. Sebuah cincin akik biasa ia jual mulai dari harga 100 Ribuan dengan proses pengerjaan yang hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit.
“Kursi dari tunggak kayu dari kisaran harga 1,5 Juta sampai dengan 2,5 Juta Rupiah per unitnya. Tidak semua barang dipajang, biasanya pembeli memesan terlebih dahulu untuk dibuatkan sesuai keinginan,” imbuhnya. (MC TMG/Safi;Ekape)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook