Ket [Foto]:
Butuh Sinergi Untuk Pengembangan Pasar Tani KTNA
Temanggung, MediaCenter- Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah berupaya mengembangkan Pasar Tani Kranggan menjadi rintisan wisata edukasi pertanian.
Sejauh ini, pasar tersebut telah menjadi percontohan tumbuhnya pasar-pasar tani di daerah lain.
Pengelola Pasar Tani KTNA Kranggan, Damar Sulistio, menyebutkan, Pasar Tani Kranggan sudah berdiri sejak tiga tahun terakhir. Awalnya pihak KTNA ingin membuat arena kegiatan untuk kelompok tani se-Kecamatan Kranggan, sekaligus menjual olahan hasil pertanian.
"Kita ingin membuat arena edukasi pertanian. Semacam sosialisasi, misalnya tentang budi daya kelengkeng dan anggrek secara insidentil. Lalu jadilah Pasar Tani ini," tutur Damar, Kamis (20/8/2020), di Temanggung.
Pasar Tani tersebut dibangun secara swadaya oleh para petani. Ada sekitar 100 orang petani yang bergabung dalam proyek ini. Mereka melakukan kerja bakti memotong bambu dari kebunnya untuk membangun Pasar Tani di area bekas demplot pertanian seluas sekitar satu hektare. Karenanya bangunan pasar semuanya terbuat dari bambu dengan variasi sedikit kayu.
"Tapi tidak semua petani berdagang di sini. Yang jualan total ada 70 orang. Mereka mewakili masing-masing kelompok tani yang ada di Kecamatan Kranggan," ujar Damar.
Pasar Tani digelar setiap sepekan sekali saat Hari Minggu. Kebanyakan yang dijual adalah aneka kuliner, sayur, bumbu dapur, buah dan hasil ternak. Setiap gelaran Pasar Tani selalu dikunjungi hampir 1000 orang pengunjung. Karena lokasinya di jalan penghubung Temanggung - Semarang, maka kebanyakan pengunjung berasal dari luar kota, seperti Semarang, Magelang, Yogyakarta, dan lokal Temanggung.
Tingginya angka kunjungan ke Pasar Tani Kranggan membuat omzet yang didapat para pedagang secara keseluruhan tiap kali gelaran pun cukup tinggi. Jumlahnya mencapai kisaran Rp 25 juta dalam satu kali gelaran. Para pedagang hanya membayar iuran Rp 10 ribu untuk kebersihan dan pemeliharaan pasar.
"Pasar Tani ini telah menjadi percontohan. Setelah ada gelaran pasar ini, desa-desa lain bikin pasar tani desa. Tapi usianya hanya seumur jagung, paling dua sampai tiga bulan lalu berhenti," tambahnya.
Ia mengungkapkan, untuk bisa bertahan kuncinya adalah menjaga kebersamaan. Pasar ini memuat unsur edukasi, sekaligus tempat selfie. Banyak permintaan dari anak sekolah untuk belajar pertanian di pasar ini. Mentornya berasal dari para petani anggota KTNA. Misalnya ada yang belajar bertani kopi, menanam anggrek, dan lainnya.
"Orang datang ke sini seperti berwisata. Ke depan kita ingin ini jadi pasar wisata edukasi pertanian. Kami sudah mulai merintisnya. Jadi orang belajar pertanian di sini," jelas Damar.
Pasar Tani dibangun dengan konsep 'Ndeso' atau menampilkan khas asal daerah pedesaan. Seperti dibuat ada taman, tidak ada bangunan permanen jaman modern, dan semua bangunan dari batang bambu. Di pasar ini ada unsur pertanian, UKM, pemberdayaan masyarakat dan pariwisata.
"Hanya saja kami butuh modal untuk menata pasar. Kami belum dilirik pemerintah. Kami berharap Pemerintah Daerah dapat bersama mengembangkan Pasar Tani," kata Damar.
Sementara ini pihak KTNA berupaya menggandeng paguyuban kepala desa se-Kecamatan Kranggan untuk mengembangkan pasar ini, tapi belum menunjukan hasil. Selain kesulitan dana, pihaknya juga mengalami kendala minimnya Sumber Daya Manusia (SDM). Padahal para petani masih perlu pendampingan dari para ahli dibidang ini.
"Terkait SDM, saya pernah minta pada Pak Ripto Susilo (Kepala Bappeda Kabupaten Temanggung) kalau ada mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dimasukan ke sini, tapi belum terlaksana, kemungkinan karena ada kendala pandemik Covid-19," pungkasnya. (MC.TMG/Tosiani/Ekape)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook