Ket [Foto]:
Membawa Kopi Celup Temanggung Dikenal dan Mendunia
Temanggung, MediaCenter – Seorang warga Kelurahan Madureso, Kecamatan/Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Rusiyati Megawati (52) dikenal sebagai inisiator pembuat kopi celup. Produk kopinya yang diberi label 'Kinanthi' dan 'Arafah' sudah dipasarkan di toko modern Carrefour, bahkan hingga ke luar negeri.
Perempuan yang akrab disapa Bu Rus ini menjelaskan alasannya memilih produksi kopi celup adalah karena kebanyakan orang hanya mengenal produk teh celup. Mereka lebih familiar dengan teh celup. Jarang ditemukan ada kopi celup. Karena belum ada yang lain, sehingga kopi celup terkesan unik dan berbeda.
"Karena berbeda tentu membuat orang penasaran. Ini merupakan point sendiri untuk bisnis kopi", ungkap Rusiyati, Selasa (29/6/2020), di Temanggung.
Ide membuat kopi celup, kata Rusiyati, bermula dari melihat sebagian penikmat kopi yang tidak suka dengan ampas kopi. Seperti yang selalu dilakukan kakak iparnya kerap menyaring kopi hingga tak tersisa ampasnya, baru kemudian meminum kopi yang sering ia suguhkan.
Rusiyati merasa penasaran mengenai rasa kopi tanpa ampas, sehingga ia pun mencoba mengonsumsi kopi dengan cara yang sama. Ternyata ibu dua anak ini malah menemukan rasa dan sensasi berbeda dalam menikmati kopi. Pengalaman minum kopi tanpa ampas ini mendorongnya mencoba memproduksi kopi celup tanpa meninggalkan cita rasa kopi murni.
Pertengahan tahun 2015 silam, Rusiyati memulai bereksperiman. Ia membongkar teh-teh celup yang ia beli untuk mempelajari teknik membuat teh celup. Yakni dengan mengaitkan benang pada kantong teh celup.
"Uji cobanya sampai dua dus teh celup saya bongkar-bongkar, saya pelajari, coba-coba, bagaimana mengaitkan benangnya. Kemudian saya pasang lagi", kisah Rusiyati.
Sukses mengemas kembali teh dalam kantong celup, perempuan asal Indramayu ini mendapati kendala lain, yakni sulitnya memperoleh kertas pembungkus untuk kantong celup yang sesuai. Ia berupaya mencari di Temanggung dan daerah sekitarnya, namun tidak ada. Pencarian dilanjutkan melalui internet, ternyata barang yang ia butuhkan dijual produsen dari daerah Yogyakerta.
"Saya beli online dari Yogya. Lalu saya mulai bereksperimen dengan kopi olahan sendiri, terus melakukan uji coba selama tiga bulan hingga berhasil membuat kopi celup", tutur Bu Rus.
Ia menceritakan, untuk membuat kopi celup dengan rasa yang sesuai, ia mengolah kopi bubuk menjadi lebih halus dibanding ukuran kopi bubuk normal. Semula kopi ia saring, lalu diolah sampai benar-benar halus.
Percobaan awal dilakukannya dengan mengemas empat gram kopi bubuk halus dalam kemasan kantong celup. Ternyata ukuran ini terlalu berat. Kemudian ia mengurangi ukuran menjadi dua gram, namun rasa kopi malah terlalu encer.
Ia lalu mencoba lagi membuat kopi celup dengan kemasan kantong isi tiga gram kopi bubuk halus. Ukuran ini dinilai pas untuk takaran satu cangkir kecil kopi.
"Kalau masih dirasa kurang kental bisa menggunakan dua kantong kopi celup", ujar Rusiyati.
Setelah melewati berbagai proses uji coba, Rusiyati mulai merasa mantab untuk memproduksi kopi celup. Mulai awal Januari 2016, istri dari Agung Sucahyo Hariyadi (54) ini resmi memproduksi kopi celup dengan merk dagang 'Kinanthi' atau 'Arafah'. Kopi dikemas dalam bungkus isi 14 kantong celup. Tiap kantong berisi tiga gram kopi bubuk halus jenis Robusta.
Respon yang didapat dari produksi kopi celup Kinanti ternyata diluar dugaan. Area penjualan kopi celup menembus sejumlah daerah, antara lain di beberapa Carrefour, Hamzah Batik, Raminten Kota Baru dan Mirota Batik Yogyakarta. Juga dipasarkan ke Tangerang, Bogor, Jakarta, Cirebon, supermarket-supermarket di Magelang. Pemasaran juga dilakukan melalui media sosial.
Meski tidak menghasilkan ampas kopi, Rusiyati, memastikan produk kopi celupnya adalah kopi murni tanpa campuran dan diolah secara manual. Pengolahannya dilakukan secara tradisional, digoreng dengan bara yang tahan lama dari kayu keras, seperti sengon dan batok kelapa. Keunikan pengolahan tradisional ini akan membuat kopi tidak mudah gosong dan menebarkan aroma yang lebih nikmat, dengan kualitas kopi lebih bagus.
Menjual kopi sebenarnya bukan hal baru bagi Rusiyati. Sebab ia memang dipercaya mengelola kebun Kopi Robusta milik keluarga suaminya di daerah Temanggung seluas dua hektare yang berada di tiga lokasi. Semula ia masih menjual kopi gelondongan yang baru dipetik dengan harga murah. Merasa sayang jika kopi dijual gelondongan, atas ijin keluarga ia mengolah kopi sebelum menjualnya.
Meski menggunakan bahan baku Kopi Robusta dari kebun keluarga, namun agar lebih profesional dalam bisnis, Rusiyati tetap membayar kopi yang diambilnya pada keluarga sesuai harga pasar. Yakni Rp 25.000 per kg untuk Kopi Ceri atau masih gelondong petik merah. Produksinya sudah mencapai kisaran satu kuintal per bulan.
Beberapa kali, ia menerima permintaan kopi dari luar negeri, yakni dari Jedah dan Belgia. Beberapa kali pula ia mengikuti pameran kopi seperti di Yunani dan Jedah. Sebelum pandemi Covid-19, pengiriman kopi ke luar negeri berlangsung rutin melalui eksportir dari Jakarta. Sayangnya saat ini perjalanan bisnis kopi celup terkendala pandemi, sehingga pengiriman kopi ke luar negeri dan luar daerah sementara dihentikan.
Namun demikian, bisnis kopinya tidaklah surut. Ia menjajal peruntungan dengan membuka kafe di daerah Madureso sejak beberapa bulan terakhir. Proses produksi dan mengelola kafe dibantu dua anaknya. Ia juga sedang menunggu proses untuk mendapatkan Standar Nasional Indonesia (SNI) produk kopinya yang difasilitasi Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kabupaten Temanggung. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook