Nyadran Perdamaian Desa Getas Wujud Toleransi Beragama
Ket [Foto]:

Nyadran Perdamaian Desa Getas Wujud Toleransi Beragama


Temanggung, Media Center – Desa Getas, khususnya warga Dusun Krecek dan Dusun Gletuk mengadakan Nyadran untuk menyambut Bulan Ramadan, meskipun ada perbedaan kepercayaan di dalamnya. Toleransi agama seperti ini sudah sangat biasa bagi warga kedua dusun yang berjumlah sekitar 130 kepala keluarga, Jumat (13/03/2020).
Perwakilan dari lembaga penyelenggara, sekjen Aman Indonesia, K. Kholifah, memohon untuk pemerintah Kabupaten Temanggung agar terus melestarikan tradisi seperti ini dan memperkenalkan ke generasi muda. Generasi muda dari berbagai wilayah agar bersama-sama berpartisipasi dalam tradisi nyadran untuk mendapatkan spiritualitas yang sangat penting bagi anak muda jaman sekarang adalah menyaksikan budaya asli Indonesia, salah satunya adalah budaya nyadran.
Kholifah ingin membuka kesempatan sebanyak-banyaknya untuk belajar di pelosok-pelosok negeri ini dengan budaya toleransi persaudaraan, menghargai keberagaman itu masih lestari dan dihidupi oleh masyarakat. Karena kita selalu disuguhi di sosial media banyak sekali pertengkaran, percekcokan, menfitnah sana+sini dan kemudian seolah-olah menenggelamkan budaya dan kearifan Indonesia yang aslinya rakyat Indonesia adalah orang-orang yang sangat ramah, mau menerima orang yang berbeda dan hidup dengan perbedaan yang ada.
“Itu tradisi kita. Itu karakter rakyat Indonesia”, tegasnya.
Kholifah berharap karakter rakyat Indonesia tidak diambil alih atau digantikan dengan karakter yang sangat buruk seperti saling membenci dan saling menyerang satu sama lain.
Ada tiga hal yang ingin diapresiasi oleh Sekjen Aman Indonesia tersebut, diantaranya ingin memperkuat persaudaraan antar pemeluk agama dan memperkuat pondasi negara Indonesia. Ikut merasakan spiritualitas yang sangat tinggi untuk menghargai leluhur yang telah berjasa kepada kita. Yang ketiga, kebanggaan jika ada disetiap desa di seluruh pelosok Indonesia hal-hal semacam ini dan Indonesia akan tetap jaya.
“Bukan pemerintah pusat yang membuat Indonesia jaya, tapi kitalah rakyat Indonesia yang masih melestarikan  persaudaraan dan menerima perbedaan di masyarakat yang tetap lestari”, imbuhnya. (MC TMG/Cahya;Ekape)

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook