Iklan Layanan Masyarakat

Menyulap Limbah Kayu Jadi Furnitur Bernilai Jual Tinggi

Sabtu, 17 Apr 2021 09:57:09 2221

Keterangan Gambar : Unit usaha Kayuki, kawasan Jalan Suwandi Suwardi ruas Madureso, Kecamatan/Kabupaten Temanggung.


Temanggung, MediaCenter - Aneka barang furnitur terpajang dibagian depan bangunan unit usaha Kayuki, kawasan Jalan Suwandi Suwardi ruas Madureso, Kecamatan/Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Ada meja, kursi, hiasan dinding, dan lainnya. Semua barang perabotan rumah tersebut dibuat dari limbah kayu jati Belanda bekas palet pengiriman barang dari luar negeri ke Indonesia.

Sejumlah tujuh orang pegawai memproses produksi barang perabot lainnya dibagian belakang bangunan seluas 200 meter persegi tersebut. Suara berdenging dari peralatan kayu beradu bising dengan ramai suara knalpot kendaraan di jalanan depan bangunan unit usaha. Si pemilik usaha, Kristiyanto (36) dengan ramah melayani konsumen yang terus berdatangan.

Unit usaha Kayuki mulai dirintis Kristiyanto  sekitar Tahun 2014. Ketika itu ia masih bekerja sebagai karyawan bagian marketing dan iklan sebuah media. Awalnya 'bermain kayu' merupakan hoby yang ditekuninya disela kesibukan bekerja. Terinspirasi aneka bentuk furnitur yang dilihatnya diberbagai tempat, lelaki yang akrab disapa Yanto ini lalu mencoba mempelajari pembuatannya secara autodidak, lalu menuangkan kreatifitasnya membuat furnitur sendiri saat waktu senggang.

"Barang pertama yang saya bikin waktu itu adalah jam dinding dari kayu. Sampai sekarang masih saya simpan di rumah, tidak saya jual. Saya juga bikin barang kecil-kecil lainnya, cuma pas awal belum bagus karena masih belajar," kenang Yanto, saat ditemui disela-sela kesibukannya, Sabtu (17/4/2021). 

Bagi Yanto, kayu selalu memunculkan daya tarik tersendiri. Peminat furnitur berbahan kayu sempat melonjak dimasa lalu. Kemudian sempat surut, karena teralihkan oleh perabot dari bahan plastik dan bahan lainnya. Dalam pengamatan Yanto, belakangan masyarakat cenderung kembali mencari perabot kayu, dengan mengutamakan warna serat kayu natural sebagai trend mode furnitur.

Dipilih kayu jati Belanda menurut Yanto, karena seratnya yang bagus. Kayu-kayu tersebut juga telah mendapatkan treatment dulu sebelum digunakan sebagai palet pada pengiriman barang. Sehingga bisa langsung diproses menjadi furnitur berkualitas. Disamping itu, semula harga kayu jati Belanda lebih murah, karena merupakan barang limbah yang sudah dibuang menjadi sampah setelah selesai digunakan. Awalnya banyak pula yang memanfaatkan barang limbah ini sebagai bahan bakar.

"Seiring berjalannya waktu, mulai banyak yang membutuhkan kayu limbah ini untuk furniture, sehingga sesuai hukum pasar, maka harganya menjadi naik dua kali lipat lebih dari harga semula," ungkap Yanto.

Sekitar Tahun 2015, lulusan SMKN 1 Temanggung ini berani menggandeng seorang profesional diteknis pengolahan kayu untuk membuka usaha. Awalnya Yanto hanya menyerahkan gambar desainnya untuk diproses tukang kayu tersebut. Pengerjaannya dilakukan di garasi rumahnya di Perumahan Madureso Indah. Marketingnya dilakukan oleh Yanto sendiri dengan memanfaatkan jaringan yang dia bangun selagi masih bekerja di media. Ia juga memasarkannya melalui media sosial.

Tidak disangka, pesanan barang terus berdatangan. Pada pertengahan Tahun 2015, Yanto memutuskan berhenti dari media tempatnya bekerja, kemudian memilih fokus pada pengerjaan kayu. Ia juga mempelajari seluk beluk usaha kayu dengan terjun langsung pada produksi, sembari melakukan sedikit riset pada sejumlah perusahaan yang bergerak dibidang furnitur. Pada saat itu, ia juga memperdalam teknik produksi perabot dari tukang kayu yang ia rangkul bekerja dengannya.

Sebagai modal usaha, pria asal Desa Danupayan, Kecamatan Bulu, Temanggung ini menjual sepeda motornya seharga Rp 4,5 juta. Uang tersebut ia belanjakan peralatan untuk menambah daftar kelengkapan peralatan yang sudah ada. Ia berupaya membidik target pasar kalangan muda dengan menerima pesanan barang-barang furnitur kekinian.

"Inspirasi saya adalah IKEA yang bisa bikin toko mebel dengan segitu banyak produk unik. Saya ingin menyediakan barang dari kayu termasuk furnitur, ornamen, hiasan dinding sesuai keinginan konsumen. Ini bedanya dengan toko mebel biasa yang menyediakan produk, tapi bukan sesuai pesanan orang," tutur Yanto.

Diawal memulai usaha, ia mengalami banyak hal tidak menyenangkan. Suami dari Mariyana (33) ini bahkan kerap diremehkan dan dipandang sebelah mata lantaran memutuskan menjadi tukang kayu. Menghadapi hal itu ia hanya bisa diam, sembari dalam hati bertekad ingin menunjukkan pada mereka bahwa tidak ada salahnya menjadi tukang kayu. Bahkan profesi tukang kayu pun bisa menjadi impian dan cita-cita anak-anak dimasa depan, karena peluangnya besar dan hasilnya amat menjanjikan.

"Saya sempat belajar dari Komunitas Hobi Kayu, saya juga dapat kesempatan belajar kayu di Yogyakarta," katanya.

Pada 2016 Yanto menyewa tempat usaha di daerah Madureso seluas 30 meter persegi dan menggunakan nama Kayuki untuk unit usahanya. Lokasinya tepat disebelah lokasi tempat usahanya sekarang. Kini usaha tersebut sudah tumbuh menjadi CV. Sejak 2019 Kayuki menempati lokasi baru seluas 200 meter persegi, dengan tujuh orang sebagai pekerja. Yanto juga berniat merekrut tim khusus pemasaran untuk mendukung usahanya.

"Dari semua kendala usaha yang ada, paling sulit itu mempertahankan tim kerja yang solid, karena timnya bongkar pasang. Hanya satu orang yang bertahan sejak awal. Jika seseorang tidak punya dasar suka dengan kayu, maka tidak akan bertahan lama di sini," katanya.

Usaha yang dirintis bapak tiga anak ini terus berkembang. Pesanan terus berdatangan untuk membuat paket interior di kafe dan restoran. Barang produksinya juga dipesan konsumen dari berbagai daerah di seluruh Indonesia serta luar negeri. Antara lain Swiss, Hongkong, dan Malaysia. Satu unit barang dijual dengan harga yang bervariasi antara Rp 20 ribu harga terendah hingga Rp 60 juta. Pendapatannya rata-rata bisa mencapai antara Rp 40 juta hingga Rp 60 juta per bulan. Adapun belanja bahan kayunya sekitar Rp 3,5 juta sampai Rp 4 juta per bulan.

"Jatuh bangun dalam usaha itu biasa, yang penting kita yakin dulu dan berpikir bahwa ini akan menjadi besar, sehingga berjuang keras mencapainya," pungkasnya. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)

Pencarian:

Komentar:

Top