Iklan Layanan Masyarakat

Menularkan Virus Kopi Agar Petani Mandiri

Sabtu, 14 Nov 2020 00:04:03 1065

Keterangan Gambar : Mukidi, Owner Kopi Mukidi, Temanggung, Jawa Tengah.


Temanggung, MediaCenter- Sedikitnya 21 orang petani dari Dusun Jambon, Desa Jamburejo, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jawa Tengah berhasil dikumpulkan Mukidi, Owner Kopi Mukidi, dalam wadah Kelompok tani ‘Mekar Tani Jaya’. Semula mereka hanya bertani tembakau dan holtikultura di lahan-lahan milik mereka di Lereng Gunung Sumbing, dengan ketinggian 800-1000 meter dpl.

Semangat awal terbentuknya kelompok tani, diceritakan Mukidi, dengan tujuan agar para petani di Temanggung mandiri secara kapital. Pada kelompok bentukannya tersebut, tiap anggota memberikan iuran komoditas. Salah satunya komoditas kopi.

Kopi yang terkumpul diolah bersama hingga menjadi produk, lalu dijual, dipasarkan atas nama kelompok. Keuntungan yang didapat untuk menghidupi kelompok hingga para petani dalam kelompok itu memiliki modal yang besar, dan cukup untuk keberlangsungan ekonominya. Kedepan juga akan diupayakan ada brand kopi milik kelompok.

“Mimpi saya, kedepan ini diproses, diolah, dipasarkan oleh generasi penerus, anak-anak petani, sehingga pertanian di desa akan lebih maju,” ujar Mukidi, Jumat (13/11/2020).

Sejak tahun 2001, Mukidi sudah merintis kelompok-kelompok tani yang berorientasi pada kemandirian petani. Dalam kelompok itu, Mukidi yang lulusan SMK Swadaya Temanggung dan belajar kopi secara autodidak, memberikan pelatihan dari proses menanam, merawat, mengolah kopi hingga menjadi produk dan siap dipasarkan.

“Akan tetapi, seringkali gagal karena terbentur ego personal. Tiap anggota kelompok tergiur keuntungan yang didapat secara pribadi, sehingga keluar dari kelompok untuk mendirikan bisnis kopinya sendiri setelah mendapat pelatihan,” kata bapak dua anak ini.

Umpamanya, untuk satu cangkir kopi yang hanya membutuhkan bubuk kopi 10 gram, dengan kondisi harga kopi di kisaran Rp 150 ribu – 200 ribu per kilogram, maka petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar, jika harga secangkir kopi di daerah Temanggung dikisaran Rp 10 ribu – 15 ribu.

Hal itu tercermin dari banyaknya kedai-kedai kopi baru bermunculan di sekitar Temanggung. Sekitar enam tahun lalu, dari Kecamatan Kledung hingga Kecamatan Bulu hanya ada dua produsen kopi, diantaranya Rumah Kopi Mukidi. Saat ini sudah ada belasan kedai kopi bertebaran disepanjang jalan Kledung – Parakan – Bulu.

“Setidaknya dari banyak anggota yang sudah menerima pelatihan kopi dalam kelompok, kini sudah ada 10 orang yang mendirikan usaha kedai kopi dan memiliki produk sendiri,” kata Mukidi.

Adapun kelompok ‘Mekar Tani Jaya’ saat ini berisi orang-orang baru. Mereka semua warga Dusun Jambon yang semula bertani tembakau dan holtikultura. Pada 2015 mereka pernah menerima bantuan benih kopi dari Pemda Temanggung. Kebanyakan ditanam disela ladang tembakau. Namun tidak banyak yang hidup karena saat ditanam kopi waktu itu dalam kondisi kemarau panjang dan kekurangan air.

Kepada para petani itu, Mukidi terus berupaya mencekoki pemikiran mereka bahwa bertani kopi akan lebih menguntungkan secara ekonomi, serta bisa mengkonservasi lahan yang berada di lereng gunung. Mukidi terus mendorong para petani disekitarnya agar lebih mandiri. Caranya dengan memberikan pelatihan-pelatihan tiap kali pertemuan, juga melakukan iuran komoditas. Sayangnya belakangan pertemuan urung dilakukan karena ada pandemi Covid-19.

“Intinya saya ingin menularkan virus-virus kopi pada petani dan mendorong mereka agar mandiri. Tapi tidak bisa hanya memberikan ceramah saja, jadi saya memberikan contoh. Ibaratnya usaha Rumah Kopi Mukidi ini sebagai pilot project agar petani lain tergerak untuk melakukannya,” pungkas Mukidi.

Trimo, Ketua Kelompok Tani ‘Mekar Tani Jaya’ mengaku belum lama ini telah menanam kopi di lahannya. Jumlahnya mencapai 500 batang Kopi Arabika yang ditanam disela-sela tanaman tembakau dan palawija. Itu merupakan bantuan dari Pemda setempat.

“Ini kami sedang belajar,” ujar Trimo. (MC.TMG/Tosiani;Ekape)

Pencarian:

Komentar:

Top